Nama : Wahyu Martulus Sirait
M.
Kuliah : Dogmatika II
Teologi
Anugerah/Ajaran Keselamatan dalam pandangan berbagai aliran
a. Methodisme, Pentakostalisme,
Kharismatikisme, Adventis dan Anglikanisme
I.
Pendahuluan
Pada sajian
sebelumnya kita telah membahas bagaiamana Konttraversi teologi anugrah didalam
aliran-aliran Reformasi, pada kali ini kita akan membahas bagaimana teologi
anugerah/ajaran keselamatan diberbagai aliran yang berada diluar tubuh Gereja
Katolik Roma dan aliran-aliran Reformasi.
Dan pada pembahasan kali ini penyaji akan membahas/menulis sejarah
ringkas munculnya aliran-aliran dan teologi anugerah/ajaran keselamatan Methodisme,
Pentakostalisme, Kharismatikisme, Adventisme dan Anglikanisme. Semoga sajian
kita kali ini menambah wawasan kita dan memberi informasi baru mengenai teologi
anugerah/ajaran keselamatan diluar GKR dan aliran Reformasi (Lutheran/Calvinis)
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian
Anugerah/Keselamatan
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia Anugerah adalah pemberian atau ganjaran dari pihak atas
pada pihak bawah atau juga bisa pemberian dari pihak orang besar kepada pihak
yang kecil. Dan arti keselamatan adalah kata yang dipakai untukmenunjuk kepada
suatu keadaan dimana kita menemukan adanya kesejahteraan dan kebahagiaan. Kata
ini menggambarkan keadaan selamat seperti terhindar dari bahaya, bencana, aman
sentosa, tidak mendapat gangguan atau kerusakan, tidak kekurangan sesuatu
apapun dan tidak ada kegagalan.[1]
Dalam Perjanjian
Lama, Anugerah diterjemahkan dengan kata Hased,
menunjuk kepada focus apa yang YHWH lakukan bagi Isarel dan penyembahan kepada
Allah yang bersiffat Individual.[2]
Dalam Perjanjian
Baru kata Anugerah berasal dari kata kharis
yang pada hakekatnya merupakan pemberian yang yidak harus dibalas. Kata kharis berarti “thanks” (Rm. 16:17, 7:25) dan “thanks
offering” (I Kor. 16:3, II Kor. 8:16). Secara khusus Paulus menggunakan
kata ini dalam peristiwa keselamatan secara linguistik
menunjuk kepada pemberian Allah. Dalam kebebasan-Nya memberi anugerah yang
harus diterima dengan sukacita.[3]
Sedangkan
mengenai kata keselamatan dalam PL
berasal dari kata Yasha, yang
artinya ialah lebar atau luas, lawan dari kesempitan attau tindasan. Dengan
demikian keselamatan berarti bebas dari seuatu yang mengikat atau membatasi,
yang kemudian menjadi pembebasan, pelepasan atau memberikan keleluasaan dan
kelanpangan kepada sesuatu. Didalam PL keselamatan tidak hanya pemnbebasan dari
sesuatu kesukaran tertentu, tetapi pembebasan bagi Tuhan untuk melaksanakan
rencana-Nya yang khusus (Yes. 43:11-12; 49:6). Dan dalam PB keselamatan berasal
dari kata soter dan soteria yang artinya perawatan,
kesembuhan, pertolongan, penyelamatan, penebusan atau kesejahteraan.[4]
2.2.
Teologi Anugerah dalam pandangan berbagai Aliran
2.2.1.
Methodisme
Aliran
Methodist muncul pada abad ke-18 dan menandai bangkitnya semangat kebangunan
Rohani (Revival), mula-mula di Inggris kemudian menyebar keseluruh dunia. Tokoh
utamanya adalah dua bersaudara Wesley: John dan Charles. Methodisme pada
mulanya merupakan nama ejekan terhadap sebuah wadah keagamaan di Oxford yang
dikenal juga dengan nema Perhimpunan Kudus. Munculnya gerakan Methodisme sebenarnya
bermula dari pertobatan yang dialami oleh John Wesley pada 24 Mei 1738. Dia
merasakan hatinya dibakar dan merasa dibenarkan dalam Kristus. Hanya didalam
Kristus ada Keselamatan dan keselamatan itu telah dikaruniakan kepadanya. John
Wesley mengkhotbahkan tentang pertobatannya sehingga banyak orang yang bertobat
dan menjadi pengikutnya. Mereka inilah yang dikenal dengan Methodis.
Orang-orang Methodis kemudian keluar dari Gereja Anglikan serta mengorganisir
gereja sendiri pada tahun 1795 yang bernama Gereja Methodis.
2.2.1.2.Teologi Anugerah
Menurut
John Wesley, manusia mengetahui bahwa Allah telah membenarkannya, bahwa Allah
telah mengampuni dosa-dosanya dan bahwa Allah telah menciptakannya menjadi
manusia baru. Kepastian keselamatan ialah kesaksian Roh Kudus kepada Roh kita
yang meyakinkan bahwa kita adalah anak
Allah (Rm 8:16), bahwa kita dikasihi Yesus Kristus, bahwa Yesus Kristus telah
menyerahkan hidup-Nya untuk kita, bahwa semua dosa kita telah diampuni dan
diperdamaikan dengan Allah.
Gereja
Methodis meyakini bahwa kehidupan orang Kristen merupakan kehidupan yang berdasarkan
hubungan pribadi dengan Kristus. Hubungan itu diibaratkan seperti hubungan
suami-istri. Pada mulanya hubungan itu baru dalam tahap saling mengenal dan
terbatas, tetapi hubungan itu makin lama semakin dekat, sehingga lahirlah
keyakinan dan kepastian bahwa mereka saling mengasihi.[6]
Bagi
ajaran Methodis mengenai keselamatan, aliran ini berpendapat bahwa meskipun
penebusan dan keselamatan disediakan bagi semua orang, bisa saja bahwa pada
akhitnya ia kehilangan kasih-karunia Allah itu. Sebab bisa saja pada akhir
hidupnya ia murtad. Hal ini sekaligus menolak pandangan Calvin.[7]
Menurut
John Wesley, ada tiga tahap proses Anugerah Allah terhadap manusia, anugerah
tersebut adalah: [8]
A.
Anugerah
Pendahuluan (Previent Grace)
Anugerah
pendahuluan adalah anugerah yang telah diberikan Allah kepada manusia sebelum
manusia bertobat dan menerima Allah. Menurut john Wesley, semua manusia tanpa
terkecuali sudah menerima anugerah pendahuluan ini, baik kafir, Yahudi, Islam
dan sebagainya. Anugerah pendahuluan ini dilukiskan oleh John Wesley bagaikan
teras sebuah rumah. Semua orang sudah ada pada teras keselamatan. Oleh karena
itu, bagi John Wesley tidak adil mengatakan bahwa orang yang bukan Kristen itu
semua dihukum oleh Tuhan Allah.
B.
Anugerah
Pembenaran (Justifying Grace)
Anugerah
pembenaran adalah anugerah pertobatan, ketika manusia mengalami sendiri
pengampunan dosanya dan percaya bahwa Allah sudah memberikan “grasi” atas
hukuman dosanya. Anugerah pertobatan belum merupakan Akhir dari prosess
anugerah. John Wesley menggambarkannya sebagai pintu gerbang (gate) dari rumah keselamtan itu.
Anugerah pembenaran adalah karya allah pada manusia melalui Yesus Kristus.
C.
Anugerah
Pengudusan (Sanctifying Grace)
Anugerah
pengudusan adalah anugerah yang Allah berikan pada manusia lewat karya Roh
kudus sehingga manusia dapat bertumbuh kearah kedewasaan. John Wesley
menggambarkan hubungan anugerah pembenaran dengan anugerah pengudusan dengan
kelahiran manusia secara jasmani. Seperti kelahiran bayi dari rahim ibunya,
bayi itu tidak cukup hanya dilahirkan, tetapi ia juga harus bertumbuh. Saat
kelahiran merupakan anugerah pembenaran, sementara proses pertumbuhan dalam
waktu lama merupakan anugerah pengudusan. Hal itu digambarkan oleh John Wesley
seperti sebuah rumah keselamatan.
2.2.2.
Pentakostalisme
2.2.2.1.Sejarah Singkat[9]
Kemunculan Gerakan
Pentakosta ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Awal Kemunculan Versi Pertama:
Gerakan
Pentakostal lahir pada tanggal 1 Januari 1901. Pada waktu itu terjadi suatu
peristiwa luar biasa yang berlangsung di Topeka, negara bagian Arkansas,
Amerika Serikat, yaitu seorang gadis yang bernama Agnes N. Osman berkata-kata
dalam bahasa asing. Peristiwa ini diyakini sebagai pencurahan Roh Kudus atau
Baptisan Roh. Peristiwa tersebut disebarluaskan oleh Charles Fox Parham,
direktur sekolah Alkitab Bethel di Topeka. Sebelumnya Charles Fox adalah
pendeta Episcopal Methodis Church. Disinilah ia mempelajari ajaran kesuciansebgai berkat atau
karunia kedua. Tetapi kemudian ia meningggalkan gereja ini karena menurutnya
ajaran dan prakteknya sudah kurang menekankan kesucian hidup dan peranan Roh
Kudus.
Awal Kemunculan Versi Kedua:
“Peristiwa
Pentakosta” berikutnya yang lebih menggemparkan dan lebih menentukan bagi
perkembangan dan masa depan gerakan Pentakostal terjadi di Los Angeles, California,
pada tgl 9 April 1906. Beberapa hari sebelumnya William J. Seymour
berkotbah di sebuah jemaat kecil dari gereja Baptis. Setelah mendengar
kotbahnya tentang Baptisan Roh, jemaat itu menolak mendengar kotbahnya lebih
lanjut, akan tetapi beberapa warganya mengundangnya berkotbah di rumah mereka.
Setelah berkotbah 3 hari berturut-turut, Roh Kudus turun dan terdengarlah
bahasa lidah di kawasan pantai barat negeri itu. Peristiwa itu segera tersiar
ke seluruh penjuru kota, bahkan ke seluruh negeri. Jumlah peserta perkumpulan
ini semakin besar sehingga mereka menyewa sebuah gedung bekas gereja Methodis
di Azusa Street. Selama bertahun-tahun hampir setiap hari di Azusa street
diadakan kebaktian kebangunan rohani. Dengan berbagai cara mereka berteriak,
menangis, menari, kesurupan dan sebagainya untuk membuktikan bahwa mereka telah
menerima baptisan Roh dan karunia “berbahasa lidah”, di samping karunia-karunia
lain ( seperti penyembuhan Ilahi ). Setelah yakin telah menerimanya mereka
pulang dan menyebarkan berita itu. Dalam waktu singkat berdirilah sejumlah
pusat Pentakostal di kota-kota besar AS maupun di berbagai negeri di dunia ini.
Hingga tahun 1914 kaum Pentakostal pada umumnya masih
berada di lingkungan gerakan kesucian. Sementara gerakan Pentakostal semakin
meluas, semakin banyak pula dari antara “gereja-gereja kesucian“ itu yang ikut
memahami baptisan Roh dan bahasa lidah sebagai pengalaman ketiga dan jaminan
akhir dari kesucian yang lebih meyakinkan dari “ berkat kedua’. Dengan demikian
bagi mereka ada tiga tahap atau jenis berkat: pembenaran, penyucian dan
Baptisan Roh. Gereja-gereja yang menganut paham ini selanjutnya menjadi pusat
penginjilan Pentakostal. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadilah perbedaan
paham tentang ajaran “ berkat kedua”. Hal ini diatasi dengan pertemuan raya
tahun 1914 di Hots Spring, negara bagian Arkansas. Di sini pulalah lahir
organisasi gereja Pentakostal yang pertama: The Assemblies of God. (
hasil penginjilan organisasi ini di Indonesia menggunakan nama Sidang
Jemaat ALLAH ). The Assemblies of God kemudian mengklaim diri
sebagai gereja Pentakostal terbesar di Amerika Serikat, menjadi salah satu dari
gereja-gereja Pentakostal yang menempatkan diri di luar jalur Methodis.
2.2.2.2.Teologi Anugerah
Dalam
ajaran Gerakan Pentakosta mengenai Keselamatan menjadi salah satu pokok ajaran
pentakosta, menurut gerakan ini Keselamatan diyakini sebagai buah-buah Karunia
Allah, yang ditawarkan kepada manusia melalui
pemberitaan dan ajakan menyatakan penyesalan dan mohon pengampunan
kepada Allah, dan Iman kepada Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui
permandian kelahiran-kembali dan pembaruan oleh Roh Kudus. Setelah dibenarkan
oleh oleh kasih karunia-karunia melalui iman, ia menjadi anak-anak Allah,
sesuai dengan pengharapan akan kehidupan kekal. Bukti batiniah bagi orang
percaya tentang keselamatannya adalah kesaksian langsung dari Roh Kudus,
sedangkan bukti lahiriah adalah kehidupan di dalam kebenaran dan kesucian yang
sejati.[10]
Jadi
menurut gereja Pentakosta keselamatan itu diperoleh melalui baptisan yang
terbagi menjadi dua yaitu baptisan air dan baptisan Roh [dan Api] dan hal itu
dinyatakan pada karunia bahasa Lidah (glossolalia).
Dan baptisan dalam gerakan Pentakosta pada umumnya adalah baptisan orang-orang
dewasa dengan cara selam yang mengutamakan peranan Kristus dan membaptis dalam
nama Yesus.[11]
2.2.3.
Kharismatikisme
2.2.3.1.Sejarah Singkat[12]
Gerakan/aliran
Kharismatik dikenal juga dengan nama “Gerakan Pentakostal Baru”. Dengan
demikian jelaslah bahwa gerakan Kharismatik berpangkal pada gerakan Pentakostal.
Ciri utama yang menunjukkan bahwa gerakan Kharismatik berpangkal dan mirip
dengan gerakan Pentakostal ialah, keduanya memberi tekanan pada “Baptisan
Roh” dan “Penyembuhan Ilahi).
Cikal bakal Gerakan Kharismatik ini adalah sebuah organisasi para pengusaha Kristen yang bernama The Full Gospel Business Men’s Fellowship (FGBMF), yang dibentuk oleh Demos Shakarian, seorang milyuner di kota California, Amerika Serikat. Sejak semula kalangan FGBMF sudah menggunakan nama “Persekutuan Kharismatik” untuk pertemuan-pertemuan mereka.
Suatu peristiwa yang sering/lazim diacu sebagai penanda awal kemunculan gerakan Kharismatik ini ialah peristiwa yang terjadi di lingkungan Gereja Episkopal di sekitar kota Los Angeles-California, pada tahun 1959. Dalam peristiwa tersebut sepasang suami-istri yang masih muda, John dan Joan Baker, menerima Baptisan Roh disertai tanda berbahasa lidah, setelah bersentuhan dengan kalangan Pentakostal. Segera menyusul 10 orang lagi, lalu mereka berhimpun mengadakan kebaktian sendiri. Peristiwa ini (Baptisan Roh) kemudian dialami pula oleh jemaat-jemaat Episkopal di sekitarnya, dan mengakibatkan api kharismatik menyulut kobaran di mana-mana.
Cikal bakal Gerakan Kharismatik ini adalah sebuah organisasi para pengusaha Kristen yang bernama The Full Gospel Business Men’s Fellowship (FGBMF), yang dibentuk oleh Demos Shakarian, seorang milyuner di kota California, Amerika Serikat. Sejak semula kalangan FGBMF sudah menggunakan nama “Persekutuan Kharismatik” untuk pertemuan-pertemuan mereka.
Suatu peristiwa yang sering/lazim diacu sebagai penanda awal kemunculan gerakan Kharismatik ini ialah peristiwa yang terjadi di lingkungan Gereja Episkopal di sekitar kota Los Angeles-California, pada tahun 1959. Dalam peristiwa tersebut sepasang suami-istri yang masih muda, John dan Joan Baker, menerima Baptisan Roh disertai tanda berbahasa lidah, setelah bersentuhan dengan kalangan Pentakostal. Segera menyusul 10 orang lagi, lalu mereka berhimpun mengadakan kebaktian sendiri. Peristiwa ini (Baptisan Roh) kemudian dialami pula oleh jemaat-jemaat Episkopal di sekitarnya, dan mengakibatkan api kharismatik menyulut kobaran di mana-mana.
Menurut
kaum Kharismatik keselamatan mereka berpumpun pada Yesus. Kesaksian tentang
Baptisan Roh secara konstan mengacu pada perjumpaan dengan Yesus, penyerahan
yang lebih mendalam kepada Yesus, dan penerimaan yang lebih penuh akan Yesus
sebagai Tuhan. Pumpunan kepada Yesus ini diungkapkan dalam keyakinan bersama
bahwa Yesus adalah Pemberi Baptisan Roh kudus.
Kemudian
Baptisan, penekanan kaum kharismatik mengenai baptisan sama dengan aliran
Pentakosta. Dimana kedua aliran ini mengakui baptisan itu ada dua yaitu
Baptisan air dan Baptisan Roh. Tetapi Baptisan Roh dalam aliran ini tidak masuk
sebagai sakramen.
Mengenai
Baptisan Roh dikalangan Pentakosta tidak bisa tidak harus disertai oleh karunia
berbahasa lidah, sedangkan bagi kaum Kharismatik, kendati Baptisan Roh juga
merupakan pengalaman rohani yang mutlak, namun tidak mesti disertai oleh glossolalia itu. Sebab bagi kaum
Kharismatik bukan hanya glossolalia
yang merupakan karunia utama (Lih. I Kor. 12: 8-10). Meskipun yang dibicarakan
lebih banyak mengenai bahasa lidah.
Yang
terakhir ialah Kuasa Rohani. Menurut
aliran Kharismatik Kuasa Rohani yang mendampingi Baptisan Roh, bagi mereka
sebagai orang yang diselamatkan harus diwujud-nyatakan dalam kemampuan memuji
Allah, menginjili, mengusir dan mengalahkan siijahat, serta mempraktikkan
karunia-karunia Roh. Kuasa rohani ini
dialami sebagai karuia dari Tuhan Yesus yang banngkit, mengalir dari kepatuhan
pada Firman Allah dan mewujud dalam setiap
bentuk pelayanan kristiani, termasuk di dalam pemberitaan Firman dan
pelayanan sakramen.
2.2.4.
Adventisme
2.2.4.1.Sejarah Singkat[14]
Adventis
lahir di USA pada tahun ± 1830. Pada abad ke-19 gereja-gereja utama (Episkopal,
Methodis, Baptis, Presbiterian dan Kongregasional) secara umum sedang lemah,
sedangkan kemajemukan dan kebebasan beragama dijamin oleh undang-undang negara
turut melahirkan gerakan-gerakan baru dari gereja-gereja Protestan, salah satu
di antaranya adalah Adventis.
Salah satu
tokoh Adventis adalah William Miller 1782-1849 dari Massachusetts. Pokok
perhatian Miller adalah ajaran Eskatologi/tentang hal-hal zaman akhir,
peristiwa di sekitar kedatangan kembali Yesus Kristus untuk mendirikan kerajaan
seribu tahun di bumi. Miller menentukan kedatangan Yesus berdasarkan nubuat
kitab Daniel 8:14, 22 Oktober 1843 dan 1844. Ternyata Miller mengakui bahwa ia
salah menetapkan tanggal, namun ia tetap berpegang pada ajaran bahwa Kristus
akan segera datang.
Salah satu
murid Miller adalah Ellen G. White. Gereja Advent hari ke-Tujuh percaya bahwa
perhitungan kedatangan Tuhan tanggal 22 Oktober 1844 tidaklah keliru. Di
tanggal itu nubuat dari Kitab Daniel bukanlah tentang pengudusan dunia,
melainkan menunjuk kepada perubahan yang terjadi di sorga. Pada hari itu Tuhan
Yesus tidak turun ke dunia, melainkan memulai tahap karya penebusan yang baru,
yaitu Tuhan Yesus memasuki ruang mahakudus di sorga untuk melihat perbuatan-perbuatan
orang Kristen dan menetapkan nama-nama mereka apakah dimasukkan ke dalam kitab
kehidupan atau tidak.
Desember 1844
Ellen bersekutu dalam doa dengan empat wanita lainnya. Lalu ia mengaku menerima
penglihatan yang pertama bahwa 144.000 umat Advent berjalan menuju gerbang
sorgawi dan Yesus membukakan pintu gerbang sorgawi bagi mereka. Setelah diberi
kecapi emas 144.000 orang itu berhimpun dekat pohon kehidupan di singgasana
Allah. Ada malaikat yang berkata kepada Ellen, ”Engkau harus kembali ke bumi,
memberitahukan kepada orang lain apa yang diwahyukan kepadamu.”
Setelah
memberitahukan penglihatan ini kepada sekelompok kecil orang Adven di Portland,
mereka bersepakat mendukung Ellen bahwa itu adalah terang dari Allah. Tak lama
kemudian Ellen mengaku menerima sejumlah penglihatan lain. Demikianlah
selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya ia menyatakan diri sebagai alat di
tangan Allah. Dan dalam kenyataannya setiap penetapan ajaran gereja Advent
harus terlebih dulu didahului dan disahkan oleh penglihatan yang diterima Ellen
G. White.
Hiram Edson, Joseph Bates dan Ny. Ellen Gould-White
menekankan bahwa hari perhentian dan peribadahan adalah hari Sabat (Sabtu)
sesuai dengan titah ke-4 dalam Dasa Titah. Ny. Ellen Gould-White mengklaim
bahwa ia mendapat penglihatan yang menyatakan bahwa Tuhan Allah tidak pernah
mengubah hari Sabat ke hari Minggu. Penggantian ini hanyalah ciptaan paus dan
kaisar Roma. Gereja yang benar adalah gereja yang menguduskan hari Sabat.
Miller mengatakan bahwa perayaan hari Minggu adalah dosa gereja yang terberat.
Gereja Advent hari ke-Tujuh berpusat di Battle Creek, Michigan, USA. Dalam
Adventisme terdapat dua aliran yang besar: Gereja Kristen Advent dan Gereja
Advent hari ke-Tujuh yang terbentuk sesudah kegagalan tahun 1844.
2.2.4.2.Teologi Anugerah[15]
Gereja Advent menganut pandangan yang sama dengan kebanyakan Kristen
Protestan, dosa mengakibatkan manusia mewarisi kodrat yang rusak dan terpisah
secara rohani dari Allah. Dosa dengan demikian dipahami sebagai keadaan semua
manusia dan manusia tidak dapat melepaskan diri dari keadaan ini tanpa anugerah
Allah. Mayoritas Advent percaya bahwa semua manusia mewarisi kodrat kemanusiaan
yang telah rusak dari Adam. Bukan saja mewarisi kodrat kemanusiaan yang sudah
rusak, tetapi juga turut menanggung akibat pelanggaran Adam.
· Doktrin Keselamatan dan Kehendak Bebas
Doktrin Keselamatan dalam Gereja Advent banyak dipengaruhi oleh tradisi Wesleyan, yang merupakan ekspresi
Arminianisme.
Hal ini terlihat dalam dua hal. Pertama, adanya penekanan dalam ajaran Gereja
Advent pada penyucian
sebagai konsekuensi yang diperlukan dan tak terelakkan dari keselamatan dalam
Kristus. Penekanan pada ketaatan ini tidak dianggap mengurangi prinsip
reformasi sola
fide ("iman saja"), melainkan untuk memberikan keseimbangan yang
penting bagi doktrin
pembenaran oleh iman, dan untuk menghindari pengaruh antinomianisme.
Sementara menegaskan bahwa orang Kristen diselamatkan sepenuhnya oleh kasih
karunia Allah, Gereja Advent juga menekankan ketaatan kepada hukum Allah
sebagai respon yang tepat untuk keselamatan.
Kedua, Gereja Advent menekankan ajaran Kehendak Bebas, setiap individu
bebas untuk menerima atau menolak tawaran keselamatan Tuhan. Karena itu Gereja
Advent menolak pandangan doktrin Calvinis , yakni: takdir (atau pemilihan tanpa syarat), penebusan terbatas, dan ketekunan orang-orang kudus
("sekali diselamatkan tetap selamat"). Seventh-day Adventists
Answer Questions on Doctrine menyatakan bahwa Gereja Advent percaya:
"Setiap individu bebas untuk memilih atau menolak tawaran keselamatan
melalui Kristus; kami tidak percaya bahwa Allah telah menakdirkan sebagian
orang akan diselamatkan dan sebagian lainnya akan dihukum." Kebebasan memilih
untuk menerima atau menolak Allah merupakan bagian integral dari tema Kontroversi Besar:
"Tuhan
dapat mencegah dosa dengan menciptakan alam semesta yang seperti robot, yang
akan melakukan apa yang telah ditentukan supaya mereka melakukan. Tetapi Allah
dalam kasihNya menciptakan makhluk yang bisa dengan bebas berkehendak untuk
mengasihiNya - dan tanggapan itu hanyalah mungkin dari makhluk yang memiliki
kebebasan memilih."
Keyakinan bahwa telah diselamatkan adalah bagian dari Keyakinan Resmi
Gereja. Tetapi menurut survei tahun 2002 di seluruh dunia pada para pemimpin
gereja lokal, diperkirakan hanya 69% dari orang Advent yang merasa yakin telah
diselamatkan.
· Kesempurnaan tanpa Dosa
Pertanyaan tentang apakah manusia dapat mencapai keadaan sempurna tanpa
dosa telah lama menjadi topik yang kontroversial dalam Gereja Advent. Dalam
bukunya The Sanctuary Service (1947), M.L Andreasen mengajarkan
bahwa kesempurnaan tanpa dosa dapat dicapai, ajaran ini tetap dipegang sebagian
anggota Gereja Advent khususnya yang berpandangan konservatif.
Ajaran ini menyatakan bahwa orang percaya pada akhir zaman harus dan akan
mencapai keadaan tanpa dosa yang sama dengan sifat alami Adam dan Hawa sebelum
berdosa. Kelompok konservatif percaya bahwa ajaran ini adalah ajaran resmi
Gereja Advent yang asli, dan mereka juga menuduh bahwa para pemimpin Gereja
telah keliru dan menyimpang dari ajaran asli itu.
Tetapi, beberapa teolog Gereja Advent seperti Edward Heppenstall
mengemukakan pandangan bahwa Kesempurnaan tanpa Dosa tidak mungkin dicapai
dalam hidup ini, sehingga setiap orang percaya akan selalu bergantung pada
pengampunan Tuhan selama hidup di dunia ini. Happenstall mengungkapkan bahwa
konsep "kesempurnaan" dalam Alkitab mengacu pada kedewasaan rohani,
bukan ketidakberdosaan mutlak. Dalam pengertian teologis, penyucian
adalah proses seumur hidup yang akan dialami tiap-tiap orang percaya hingga Kedatangan Kedua Yesus Kristus,
dimana orang percaya kemudian akan dimuliakan pada saat kebangkitan.
2.2.5.
Anglikan
2.2.5.1.Latar Belakang
Pada
masa pemerintahan Raja Hendrik VIII (1509-1549)
yang ingin memutuskan nikahnya dengan Catharina dari aragon, supaya boleh kawin
dengan seorang wanita di istananya, yakni Anna Boleyn. Tatkala paus tak mau
mengizinkan perceraian itu, raja mengambil keputusan untuk meisahkan Gereja
Inggris dari Gereja Roma. Gereja Inggris sudah lama mempunyai ikatan yang erat
dengan pemerintah Negara; sekarang raja sendiri yang menjadi kepala Gereja.
Mulai waktu itu paus tidak berkuasa lagi atas Grerja Inggris; ia hanya diakui
selaku uskup Roma saja. Segala perlawanan diInggeris terhadap tindakan Hendrik
VIII itu ditindas dengan kekerasan oleh raja.
Demikianlah terbentuknya Gereja-negara Anglikan pada tahun 1531.
Sebenarnya Gereja Anglikan tidak hidup dari pengakuannya, melainkan dari Kitab Doa Umum[16]nya,
dan hal itu berarti bahwa ia melayang-layang diantara Gereja Reformasi dan
Gereja Katolik.[17]
2.2.5.2.Teologi Anugerah/Ajaran Keselamatan
Bagi
Gereja Anglikan ajaran mereka terkandung dalam Tiga Puluh Sembilan Pasal tentang agama, dan ajaran mereka itu
dibagi menjadi 8 bagian besar yaitu Tentang Allah (Pasal 1-5), Tentang Alkitab
dan Pengakuan Iman (6-8), Tentang Keselamatan (9-18), Tentang Gereja (pasal
19-22), Tentang Pelayanan (pasal 23-24), Tentang Sakramen-sakramen (pasal
25-31), Tentang Disiplin Gereja (pasal 32-36), Tentang Gereja dan Negera (Pasal
37-39). Mengenai ajaran keselamatan didalam 39 pasal tersebut dimulai dari pasal
8 sampai dengan pasal 18, pasal-pasal tersebut, antara lain:[18]
9. Tentang
dosa asali atau dosa turunan
Dosa
asali bukanlah tentang hal mengikuti teladan Adam (sebagaimana omong kosong
para penganut Pelagius). Dosa asali adalah kesalahan dan kerusakan tabiat
setiap orang, yang dihasilkan di dalam tabiat keturunan Adam. Akibatnya,
manusia sudah menyeleweng jauh sekali dari kebenaran asali, dan oleh tabiatnya
sendiri cenderung untuk kejahatan, sehingga daging selalu menginginkan hal-hal
yang berlawanan dengan roh. Oleh karena itu, di dalam diri setiap orang yang
dilahirkan ke dalam dunia ini, dosa asali ini patut menerima murka dan hukuman
Allah.
Ajaran
Anglikan berbeda dengan ajaran Pelagius, yang mengatakan bahwa kehendak manusia
dapat melakukan yang Allah perlukan, dan bahwa dosa hanya perbuatan salah yang
dibuat orang-orang. Para Reformis mengikuti Augustinus dan menyatakan bahwa
dosa Adam mempengaruhi hakikat manusia. Hakikat manusia menjadi rusak dan lebih
berat kepada dosa. Oleh karena itu hakikat manusia layak mendapat hukuman
Allah. Kerusakan hakikat manusia itu juga berarti bahwa manusia mempunyai
kecenderungan untuk berbuat yang salah dalam kehidupannya, yaitu perbuatan
salah yang timbul dari hakikat dosa.
Ajaran
Anglikan juga berbeda dengan Konsili Trente, yang mengadopsi Pelagianisme.
Konsili Trent menyatakan bahwa kebenaran asal bukan bagian dari hakikat manusia
yang pertama, tetapi sesuatu yang ditambahkan oleh Allah. Itu dihilangkan
ketika Adam berdosa, tetapi tidak menjadikan kerusakan hakikat. Konsili Trent
menyatakan bahwa pembaptisan menghapuskan semua dosa. Pasal itu mengakui bahwa
untuk orang percaya yang dibaptis, hakikat dosa masih bekerja.
10.
Tentang Kehendak Bebas
Kondisi
manusia sesudah kejatuhan Adam adalah sedemikian rupa sehingga kita tidak dapat
berbalik dan menyiapkan diri sendiri, dengan kekuatan alamiah sendiri dan
perbuatan baik, untuk beriman dan berseru kepada Allah. Ini berarti bahwa kita
tidak memiliki kekuatan untuk melakukan perbuatan baik yang berkenan dan dapat
diterima oleh Allah, kecuali jika kasih karunia Allah dalam Kristus memimpin
kita sehingga kita dapat memiliki kehendak baik, dan kecuali jika kasih karunia
itu bekerja bersama kita ketika kita memiliki kehendak baik itu.
Sebenarnya,
pasal ini tidak mengatakan tentang kehendak bebas. Pasal ini menggambarkan
implikasi Pasal 9. Ajaran Katolik Roma tentang dosa asal menyatakan bahwa
ketika Adam berdosa dia kehilangan pemberian kebenaran, tetapi hakikatnya tidak
rusak. Itu berarti bahwa manusia masih dapat memilih melakukan yang Allah
perlukan supaya memperoleh kasih karunia Allah untuk membantu mereka. Pasal ini
menegaskan bahwa manusia mempunyai kehendak, tetapi menyatakan bahwa kehendak
ini tidak mempunyai kekuasaan untuk melakukan yang Allah perlukan. Hanya kasih
karunia Allah yang diterima melalui Kristus dapat memberikan kita kehendak
untuk mentaati Allah. Pasal ini mencerminkan ide-ide Filipi 2:13.
11.
Tentang Pembenaran Manusia
Kita
dianggap benar di hadapan Allah, hanya karena perbuatan baik Tuhan dan
Juruselamat kita Yesus Kristus, oleh iman, dan bukan oleh karena perbuatan atau
kebaikan kita. Jadi doktrin yang mengatakan bahwa kita dibenarkan hanya oleh
iman adalah doktrin yang sangat sehat dan penuh penghiburan, sebagaimana
dinyatakan lebih lengkap di dalam Khotbah (Homili) Pembenaran.
Ajaran
Reformasi tentang pembenaran menggambarkan bagaimana Allah menyatakan bahwa
kita benar. Konsili Trent menggambarkan pembenaran tidak hanya sebagai
pengampunan dosa tapi juga sebagai pembaruan dan pengudusan batin orang dengan
menerima kasih karunia dan karunia-karunia Allah. Jadi, pembenaran berarti
menjadi kudus dalam kenyataan. (Ajaran ini mencampur-adukkan pembenaran -
pernyataan Allah bahwa kita benar, dan pengudusan - proses menjadi kudus dalam
kenyataan.)
Pembenaran
itu tidak didasarkan atas kebaikan kita, atau atas perbuatan kita. Cara
kita menerima pembenaran adalah melalui iman pada pekerjaan Kristus.
Ajaran
ini adalah ajaran yang utuh, yaitu membawa kesehatan rohani. Ajaran ini
menjamin kita bahwa kita mempunyai damai sejahtera dengan Allah dan
menyelamatkan kita dari melakukan perbuatan baik untuk kebaikan kita sendiri.
Ajaran ini penuh penghiburan karena mendasari hidup kudus. Ajaran itu
mendorong kita menjadi kudus demi menjadi seperti Allah, tidak supaya direstuiNya.
12.
Tentang Perbuatan Baik
Perbuatan
baik, yang merupakan buah iman, dan mengikuti pembenaran, tidak dapat
menghapuskan dosa-dosa kita atau menanggung kekerasan penghakiman Allah. Akan
tetapi perbuatan baik ini berkenan dan dapat diterima oleh Allah dalam
Kristus. Perbuatan baik ini tumbuh dari iman yang sejati dan hidup. Sebenarnya
melalui perbuatan baik iman yang hidup dapat diketahui dengan jelas seperti
sebuah pohon yang dapat dikenali dari buahnya.
Perbuatan
baik adalah hasil atau buah dari iman. Perbuatan baik tidak menghasilkan
pembenaran, sebaliknya mereka menuruti dari pembenaran. Perbuatan baik tidak
dapat digunakan untuk menghapus dosa kita. Perbuatan baik adalah bukti bahwa
kita mempunyai jenis iman yang menghasilkan pembenaran, yaitu iman yang
menghasilkan pembenaran dan perbuatan baik (lihat juga Efesus 2:10). Oleh
karena kita dianggap sebagai benar oleh Allah, kita sekarang bebas untuk
melakukan perbuatan baik demi Dia dan bukan demi kita.
13.
Tentang Perbuatan sebelum Pembenaran
Perbuatan
yang dilakukan sebelum kasih karunia Kristus dan pengilhaman dari Roh-Nya,
tidak berkenan kepada Allah karena perbuatan itu tidak lahir dari iman dalam
Yesus Kristus. Dan perbuatan tersebut juga tidak membuat orang pantas menerima
kasih karunia, atau (seperti dikatakan penulis skolastik) untuk berhak mendapat
kasih karunia Allah karena perbuatan itu.
Pasal
ini menyatakan bahwa perbuatan ini tidak berkenan bagi Allah dan bersifat dosa.
Alasan untuk ini adalah bahwa perbuatan tersebut tidak tumbuh dari iman pada
Kristus. Cara lain untuk mengatakan ini adalah perbuatan tersebut tidak
dilakukan sesuai tuntutan Allah. Allah ingin perbuatan kita dilakukan melalui
iman.
“Penulis
skolastik” mengacu pada skolastisisme dari Abad Pertengahan, yang mendasarkan atas
pekerjaan orang-orang seperti Thomas Aquinas dan Duns Scotus. Bagian dari
ajaran ini adalah bahwa ketika manusia menggunakan kehendak mereka dan berbuat
yang baik, mereka menunjukkan bahwa mereka berkehendak dan siap untuk menerima
kasih karunia dari Allah supaya, dengan bantuan kasih karunia itu, mereka dapat
melakukan perbuatan yang menghasilkan pembenaran. Mereka berhak mendapat
bantuan Allah karena mereka berbuat baik, menurut penulis skolastis.
14.
Tentang Perbuatan yang melebihi Kewajiban
Perbuatan
sukarela adalah perbuatan yang dilakukan sebaik dan melebihi yang diperintahkan
Allah. Perbuatan ini disebut perbuatan yang melebihi kewajiban (Works of
Supererogation). Mereka yang mengajarkan tentang perbuatan sukarela cenderung
kepada kesombongan dan ketidaksalehan. Akan tetapi Kristus menyatakan secara
jelas bahwa: “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna”
(Lukas 17:10).
Pasal
ini tentang ide bahwa seseorang dapat melakukan lebih banyak daripada yang
Allah tuntut. Sejarah ide ini mulai sejak masa penganiyaan Decius pada abad
ke-3. Beberapa Pengaku menyatakan hak untuk dapat mengembalikan yang murtad
kepada gereja. Hal ini didasarkan atas kesetiaan mereka selama
penganiayaan itu. Sekitar masa yang sama, ide berkembang bahwa ada beberapa
perbuatan yang tidak dituntut, tetapi tetap baik dilakukan. Perbuatan ini dapat
ditambahkan ke dalam perbekalan jasa baik seorang. Kemudian dianggap bahwa
beberapa orang Kristen, ketika mereka dihukum dengan penuh untuk semua dosa di
Api Penyucian, masih bersisa jasa baik. Perbekalan jasa baik yang belum
digunakan itu adalah dasar untuk surat penghapusan dosa yang diberikan Paus
(atau membeli) kepada orang supaya mereka dapat berada di Api Penyucian dalam
waktu yang lebih singkat.
Pasal
itu menolak semua ide ini, karena mereka bertentangan dengan kitab suci dan
tidak sesuai dengan ajaran pembenaran oleh iman.
15.
Tentang Kristus saja yang tanpa Dosa
Kristus
memiliki kodrat kita yang sejati dan menjadi sama seperti kita di dalam segala
sesuatu, hanya tanpa dosa. Dia tidak memiliki dosa, baik di dalam dagingnya
maupun di dalam rohnya. Dia datang sebagai Anak Domba yang tak bernoda, untuk
menghapuskan dosa dunia oleh pengorbanan-Nya sendiri sekali saja. Sebagaimana
dikatakan oleh Yohanes, tidak ada dosa di dalam Yesus. Akan tetapi, kita semua,
meskipun dibaptis dan dilahirkan kembali dalam Kristus, masih melanggar dalam
banyak hal; dan jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri
kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
Pasal
ini menegaskan bahwa Kristus adalah manusiawi sesungguhnya (lihat Pasal 2),
tetapi dia tidak mempunyai dosa. Salah satu maksud pasal ini adalah menjelaskan
bahwa tidak ada orang tanpa dosa, termasuk Maria dan orang percaya yang
menerima Roh Kudus.
16.
Tentang Dosa sesudah Baptisan
Tidak
setiap dosa yang benar-benar disengaja sesudah baptisan (misalnya kemurtadan)
adalah dosa melawan Roh Kudus, dan tidak dapat diampuni. Setelah kita menerima
Roh Kudus, kita mungkin saja meninggalkan kasih karunia yang diberikan kepada
kita, dan jatuh ke dalam dosa, dan oleh kasih karunia Allah kita dapat bangkit
kembali, dan mengubah hidup kita. Oleh karena itu, mereka yang mengatakan bahwa
mereka tidak dapat berdosa lagi sepanjang hidup mereka, harus dihakimi, dan
juga mereka yang menolak pengampunan kepada orang-orang yang bertobat dengan
sungguh-sungguh.
Pada
masa Reformasi ada dua pendapat yang salah tentang dosa sesudah pembaptisan.
Satu pendapat menyatakan bahwa orang Kristen tidak dapat berdosa lagi
ketika mereka sudah menerima Roh Kudus dan dibaptis. Pendapat lain menyatakan
bahwa dosa yang dilakukan sesudah pembaptisan tidak dapat diampuni.
Di
gereja kuno, orang yang berpendapat bahwa dosa yang dilakukan sesudah
pembaptisan tidak dapat diampuni, cenderung menunda pembaptisan sampai akhir
hidup seseorang. Pasal ini menolak kedua ide ini.
Ide
tentang dosa yang layak dihukum mati adalah dosa berat yang dilakukan
dengan sengaja. Pasal ini tidak mendefenisikan dosa melawan Roh Kudus, tetapi
menyatakan bahwa orang Kristen yang berdosa sesudah pembaptisan, pengampunan
tidak boleh ditolak, ketika mereka bertobat.
17.
Tentang Predestinasi dan Pemilihanan
Predestinasi
kepada Kehidupan adalah maksud kekal Allah, yang oleh-Nya (sebelum dasar
bumi diletakkan). Dia telah menitahkan, dengan tegas, melalui
pertimbangan rahasia-Nya yang tersembunyi dari kita, untuk melepaskan dari
kutukan dan hukuman mereka yang sudah dipilih-Nya dalam Kristus dari antara
manusia, dan membawa mereka melalui Kristus kepada keselamatan kekal, sebagai
sebuah bejana yang dibuat untuk kemuliaan-Nya. Jadi mereka ini, yang diberi
berkat luar biasa oleh Allah, dipanggil menurut maksud Allah oleh Roh-Nya yang
bekerja pada waktu yang tepat; mereka melalui kasih karunia menaati panggilan
itu; mereka dibenarkan secara cuma-cuma; kemudian mereka diangkat menjadi
anak-anak Allah; mereka dijadikan serupa dengan gambar Putra-Nya yang tunggal,
yaitu Yesus Kristus; mereka melakukan perbuatan baik dengan setia; dan pada
akhirnya, oleh kasih karunia Allah, mereka mencapai kebahagiaan
kekal.Pertimbangan yang saleh tentang predestinasi dan pemilihan kita di dalam
Kristus merupakan penghiburan yang manis, menyenangkan, dan tidak terperikan
untuk orang yang saleh dan mereka yang merasakan di dalam dirinya pekerjaan Roh
Kristus. Mereka adalah orang-orang yang mematikan perbuatan dagingnya dan
bagian-bagian dari tubuhnya yang melayani dosa. Pertimbangan tentang
predestinasi mengangkat akal budi mereka kepada hal-hal yang agung dan surgawi,
karena pertimbangan itu membangun dan meneguhkan imannya akan keselamatan kekal
yang akan dinikmati melalui Kristus; dan juga menyalakan gairah kasih mereka
kepada Allah. Namun hal ini sangat berbahaya kalau orang-orang yang hanya ingin
tahu dan penuh dosa, dan yang tidak memiliki Roh Kristus, selalu memandang
kepada keputusan predestinasi Allah, karena Iblis akan mendorong mereka, baik
kepada keputusasaan atau kepada kehidupan cemar, yang tidak kurang berbahayanya
dari keputusasaan. Selanjutnya kita harus menerima janji-janji Allah
sebagaimana yang umumnya dinyatakan kepada kita di dalam Kitab Suci, dan juga
di dalam apa yang kita lakukan, kita harus mengikuti kehendak Allah itu yang
dinyatakan dengan jelas kepada kita di dalam Firman Allah.
Dua
istilah digunakan di judul Pasal ini. Predestinasi di Perjanjian Baru mengacu
khususnya pada keputusan yang dilakukan Allah dari semula, bahwa yang Dia
selamatkan akan menjadi anak-anakNya dan menjadi serupa dengan gambaran AnakNya
(Rom 8:29; Efes 1:5). Pilihan mengacu pada pilihan Allah, orang yang Dia
selamatkan. Biasanya istilah ini berhubungan dengan Kristus, “memilih di dalam
Kristus” (Efes 1:4). Di dalam pasal ini predestinasi mengacu, pada umumnya,
pada maksud Allah untuk memberi kaumNya berkat keselamatan.
Pasal ini
mengacu pada predestinasi ke hidup, dan oleh karena itu menolak ajaran
predestinasi rangkap (yaitu predestinasi kepada penjatuhan hukuman juga).
Pasal ini
menjelaskan bahwa maksud Allah untuk menyelamatkan manusia, diputuskan sebelum
dunia dijadikan, dan tidak berhubungan dengan apakah orang berhak
mendapatkannya, melainkan dengan belas kasihan Allah yang Dia bawa kepada kita
dalam Kristus.
Cara itu
digambarkan dalam tujuh langkah:
- Dipanggil sesuai maksud Allah
oleh RohNya;
- Melalui kasih karunia mereka
menaati panggilan;
- Mereka dibenarkan dengan
cuma-cuma;
- Menjadi anak Allah melalui
pengangkatan;
- Menjadi seperti citra AnakNya
Yesus Kristus;
- Mereka melakukan perbuatan baik
dengan setia;
- Mereka mencapai kebahagiaan
kekal.
Cara itu
menggambarkan baik pekerjaan Allah maupun pekerjaan manusia.
Menurut
pasal ini, ajaran predestinasi dan pilihan adalah dorongan besar bagi orang
Kristen, karena mereka dijamin bahwa keselamatan mereka adalah akibat belas
kasihan Allah, dan bahwa keselamatan itu diakibatkan oleh maksud kekalNya.
Ajaran itu juga menjamin mereka akan berkat besar dari keselamatan.
Ajaran
ini adalah bagian debat yang lebih besar tentang kemampuan manusia untuk
membantu dalam keselamatan mereka sendiri. Debat ini terjadi sebelumnya dalam
debat antara Pelagius dan Augustinus, dan pada masa Reformasi antara Arminius
dan Calvin.
18.
Tentang mendapatkan keselamatan kekal karena nama Kristus saja.
Mereka
yang dengan berani mengatakan bahwa tiap orang akan diselamatkan oleh agama
atau sekte yang mereka percayai, asal mereka hati-hati membentuk hidup mereka
menurut agama itu dan terang alam, harus diangggap sebagai terkutuk.Oleh karena
Kitab Suci menyatakan kepada kita bahwa hanya melalui Nama Yesus Kristus orang
harus diselamatkan.
Ini
adalah satu-satunya pasal yang memasukkan anatema (kutukan). Mungkin bahwa
pasal ini mengacu kepada orang Kristen yang percaya bahwa orang-orang dapat
diselamatkan tidak hanya dengan nama Yesus, tetapi juga dengan cara yang lain.
Pasal ini menitikberatkan bahwa hanya melalui Kristus dapat kita diselamatkan.
[1] W. J. S.
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa
Indonesia , (Jakarta, Balai Pustaka, 1992), 52, 182
[2] Zobel, Theological Dictionary of The Old Testament
vol. V, (USA, Grrand Rapids, 2004), 62-64
[3]
Conzelman & Zimerly, Theological
Dictionary of New Testament Vol. IX,
(Michigan, Grand Rapids, 1992), 391-392
[4] Charle
R. Ryre, Teologi Dasar 2,
(Yagyakarta: ANDI, 2010), 18-19
[5] Jan. S.
Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan
Disekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 145-154
[6] Richard
M. Daulay, Mengenal Gereja Methodist Indonesia, (Jakarta:
BPK-GM, 2004), 21
[7] Jan. S.
Aritonang, Berbagai Aliran, 163
[8] Ibid, 26-27
[9] Jan. S.
Aritonang, Berbagai Aliran, 174-177
[10] Ibid, 189
[11]
Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab,
(Jakarta: BPK-GM, 2009), 53
[12] Jan S.
Aritonang, Berbagai Aliran,198-203
[13] Ibid, 217-219
[14] Ibid, 295-305
[15] http://id.wikipedia.org/wiki/Ajaran_Gereja_Masehi_Advent_Hari_Ketujuh,
diakses tanggal 25 Oktober 2013
[16] Kitab
Doa umum ialah kitab yang merupakan pengaruh Calvin terhadap kaum Protestan di
Inggris, dimana hal itu dikuatkan dengan korespondensi Calvin dengan raja dan
pembesar-pembesar di Inggris pada masa Raja Eduard VI (1547-1553) dan disadur
lagi pada masa Ratu Elisabeth (1558-1603) dan kitab ini bersifat campuran
antara Lutheran-Calvinis. H. berkhof, Sejarah
Gereja, (Jakarta, BPK-GM, 2010), 190
[17] Ibid, 189-191
No comments:
Post a Comment