Wednesday, October 30, 2013

Teologi Agama-agama



By: Wahyu Martulus Sirait
Penyataan Allah dalam Agama-agama
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyataan
            Penyataan yaitu hal menyatakan, tindakan menyatakan.[1] Dalam hal ini, kami penyaji menyimpulkan bahwa penyataan yaitu bagaimana Allah menyatakan diriNya dalam setiap individu (agama-agama), yaitu supaya manusia mengenal Allah, mengerti kehendakNya melalui pengalaman religious oleh setiap manusia (agama-agama).

2.2 Penyataan Allah dalam Agama-agama
            Manusia yang beragama adalah makhluk historis yang mengalami suatu proses sejarah tertentu di dalam hidupnya. Di dalam agama-agamalah manusia bisa mengalami kehadiran Allah secara imanen karena agama merupakan sarana bagi manusia untuk dapat mengalami penyataan Allah yang Transenden dalam sejarah imanen.[2] Itu berarti Allah menyatakan diriNya di dalam setiap agama denga cara dan bentuk yang berbeda dan kehadiran Allah / penyataan diriNya itu dapat dialami oleh manusia melalui imannya karena Allah adalah satu hal yang tidak terbatas yang mampu diterima manusia sebagai Allah yang imanen.
            Penyataan Allah dalam setiap agama ialah dalam rangka memperkenalkan diriNya sebagai Allah yang menyelamatkan semua manusia[3] karena kita dapat mengetahui bahwa Allah sungguh-sungguh menghendaki keselamatan manusia jika Allah sendiri yang memberitahukan kepada manusia melalui pemberitahuan tentang diriNya. Yang dalam agama Kristen disebut “Penyataan” sedangkan dalam agama Islam disebut “Wahyu” dan pemberitahuan inilah yang merupakan penyataan Allah tentang diriNya kepada setiap agama dan dengan penyataan inilah setiap agama memiliki kepercayaan di dalam kehidupan beragamanya. Dengan demikian secara umum penyataan Allah di dalam setiap agama merupakan pemberitahuan Allah tentang siapa diriNya dan apa saja yang dilakukan terhadap manusia dan menyelamatkan manusia dari suatu sejarahnya sebagai ciptaan yang berdosa. Sehingga dengan pemberitahuan ini, manusia bisa merasakan kehadiran Allah di dalam kehidupan melalui pengalaman religiusnya di dalam agamanya.

2.3 Penyataan Allah di dalam Kepluralisme –an Agama
            Menurut Ernst Troeltsch yang memulai refleksi teologisnya dalam upaya mengatasi konflik besar antara relativisme historis dan kemutlakan kristiani yang titik awalnya bermula dari pemahaman tentang bagaimana Allah menyatakan diriNya dalam sejarah manusia.[4] Salah satu yang membangun pluralisme agama ialah penyataan Allah, hal ini beranjak dari pernyataan andaikata agama diturunkan Tuhan hanya satu.[5] Dengan kata lain andaikata Tuhan menyatakan diri atau kehendakNya hanya melalui satu saluran saja maka tidak ada banyak agama, yang pada kenyataannya ada banyak agama di dunia yang juga memiliki berbagai bentuk penyataan Allah yang berbeda-beda di setiap agama.
            Penyataan Allah di dalam Pluralisme menurut John Hick bisa didiami melalui tiga jembatan Pluralisme yaitu Historis, Mistis dan Etis-Praktis. Sehingga dalam hal ini bukan persamaan atau perbedaan yang ingin dicapai tetapi bagaimana manusia itu bisa mengalami atau merasakan kehadiran Allah dalam penyataanNya melalui sejarah keagamaan dari keyakinan agama yang relatif (historis), melalui pengalaman yang misteri akan kehadiran Allah yang menyatakan diriNya dalam setiap diri manusia dan melalui kesadaran akan kebenaran relatif yang dibangun oleh teologi pembebasan agama-agama yang berpusat kepada kebenaran yang absolut dan pada kebenaran akan kehadiran Allah (Etis-Praktis).
            Jadi yang ingin dicapai dalam Pluralisme agama ialah bagaiman Allah menyatakan diriNya dalam setiap agama-agama untuk menyingkapkan karyaNya secara berbeda-beda yang disesuaikan dengan kepercayaan agama itu sendiri sehingga dapat dirasakan / dialami oleh setiap pemeluk agama sesuai dengan agamanya masing-masing.

2.4 Bentuk-bentuk Penyataan Allah Dalam Agama-agama
            Setiap agama mempunyai cara-cara tersendiri dalam memahami, menginterpretasikan dan menyampaikan keselamatan kepada manusia yang merupakan inti pemberitaan dalam agama-agama. Keselamatan yang dimaksud dan diharapkan tidak saja membawa kesejahteraan bagi para penganutnya sesudah yang bersangkutan meninggal dunia, tetapi bermanfaat dan membantu berkat bagi kehidupan suatu masyarakat sekarang.[6]

2.4.1. Agama Kristen
            Dalam studi teologi (Dogmatika), ada dua penyataan yang dikenal dalam agama Kristen yakni penyataan umum (General Revelation) dan Penyataan Khusus (Special Revelation).

Ø  Penyataan Umum
Allah bertujuan untuk agar manusia mengenal Allah, mengerti kehendakNya, mengabdikan diri kepada Dia dan tahu mempergunakan semua ciptaan Allah untuk memuliakan Allah.
Penyataan umum mempunyai 2 modus berdasarkan pembuktian Alkitab yaitu:
-          Modus penyataan Natural yakni dikomunikasikan melalui alam semesta. Artinya Allah menyatakan diri melalui ciptaan, hukum, dan kekuatan alamnya.
-          Modus penyataan Supranatural yaitu dikomunikasikan kepada manusia dengan cara supranatural seperti Tuhan berbicara kepada manusia baik secara langsung maupun melalui perantaraan utusan Allah yang telah dipakai secara supranatural, penampakan diri Allah secara langsung (Theopani).

Ø  Penyataan Khusus
Karena alam raya telah dirusakkan oleh dosa, maka penyataan umum tidak lagi memadai untuk membawa manusia dalam pengenalan akan Allah dan manusia membutuhkan penyataan lain yang secara teologis disebut penyataan khusus. Tujuan penyataan khusus adalah agar melalui pengenalan dan persekutuan antara manusia dengan khaliknya, Allahpun dimuliakan (Roma 11:36); Allah mewujudkan maksud penebusanNya kepada umatNya dan membawa umatNya untuk berada dalam kemuliaan bersama Dia. Hal ini berarti bahwa pengenalan akan Allah dalam diri Yesus Kristus semakin jelas dalam penyataan khusus. Dan melalui penyataan khusus ini manusia diperdamaikan dengan Allah bagi setiap orang yang meresponinya. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa penyataan khusus ada dalam diri Yesus Kristus.[7]

2.4.2. Agama Islam
            Jika bagi umat Kristen pusat penyataan Allah adalah Yesus Kristus sedangkan bagi kaum Muslim Al-Quran tersendiri adalah penyataan-penyataan terakhir yang paling lengkap dan yang telah diberikan Allah kepada manusia yang ororitsnya tidak dapat dipertanyakan. Tiga tema yang menjadi inti Wahyu alam Al-Quran adalah penolakan terhadap berhala, kritik terhadap ketidakadilan sosial, terutama kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin dan kedatangan hari penghakiman.
            Secara eksplisit Al-Quran menolak setiap penyataan bahwa Allah memiliki Anak, serta menolak setia penyataan mengenai irkarnasi Ilahi dalam dunia. Bagi kaum Muslim, Al-Quran secara langsung merupakan firman Allah yang diwahyukan dan tidak dikontekstualisasikan ataupun direlativisasikan dengan cara apapun. Al-Quran berasal dari Ilahi sehingga kaum Muslim harus menerimanya bukan menafsirkannya atau mengkritisinya.[8]
            Al-Quran memperlihatkan bahwa Islam sebagai jalan yang benar untuk mengikuti kehendak Allah, di luar itu tidak ada keselamatan (Qs 3:85). Inti Islam adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah sehingga setiap orang yang berserah diri secara harafiah adalah Islam.

2.4.3. Agama Hindu
            Hinduisme adalah agama etnis yang amat kuat yang mengakui otoritas Veda sebagai pentaan atau wahyu Ilahi. Secara Historis, Hinduisme bersikap inklusif terhadap bermacam-macam keyakinan sehingga tidak ada cara tunggal dalam menafsirkan penyataan Veda.
            Agama Hindu membedakan 2 macam Kitab Suci, yaitu:

Ø  Shruti: Yang didengar
Ada 4 mahzab utama yang didasarkan pada kedudukan berbagai tokoh dalam pengorbanan-pengorbanan ritual.
-          Rig Veda : Himne yang berasal dari mereka yang membawakan himne-himne tersebut.
-          Yajur Veda : Berisi rumusan pengorbanan berasal dari para imam yang melaksanakan ritual
-          Sama Veda : Kumpulan nyanyian
-          Atharva : Berasal dari mereka yang memusatkan perhatian pada kebutuhan konkrit manusia seperti kesehatan, dan berisi mantera-mantera dan magis.[9]
Veda itu semula diteruskan secara lisan sehingga teksnya disebut Shruti artinya hal yang didengar. Veda itu kekal, tidak berawal dan berakhir. Veda hadir melalui perjalanan manusia, melalui para Rishi, para Pelihat yang telah menyucikan kesadarannya dan melihat kebenaran firman ilahi yang kekal. Firman itu sebagai sesuatu yang impersonal, suci dipenuhi kuasa ilahi, dan merupakan prinsip kehidupan universal, energi yang membentuk kosmos dan kehidupan manusia.

Ø  Smrti : Yang diingat
Pada prinsipnya memiliki otoritas yang lebih rendah meskipun dalam prakteknya sering kali memainkan peranan yang besar dalam umat hindu. Smrti menurut kepada tradisi penafsiran Shruti yang lebih kemudian menyajikan kebenaran penyataan dalam bentuk yang lebih mudah dijangkau masyarakat luas.  Diantara karya-karya ini adalah Sutra : Tanda-tanda yang digunakan untuk mudah menghapal, kitab-kitab hukum, Purama.

2.4.4. Agama Budha
            Budhisme adalah satu-satunya agama besar dunia yang tidak mengklaim sebagai agama yang didasarkan kepada penyataan atau wahyu yang berasal dari Allah. Sidharta Gautama yang menjadi Budha melalui pencerahan, tidak memperkenalkan dirinya sebagai nabi yang telah menerima pesan Ilahi, melainkan sebagai penunjuk jalan yang telah menemukan jalan menuju kebebasan dan penderitaan. Wawasan Budha yang membebaskan merupakan pusat kehidupan umat Budha. Sang Budha telah mengungkapkan hikmat yang ditemukan dalam 4 kebenaran dunia itu adalah:
  1. Penderitaan adalah pengalaman universal  umat manusia
  2. Keinginan bereksistensi adalah penyebab penderitaan
  3. Penderitaan berhenti ketika keinginan itu berhenti
  4. Ada 8 jalan yang membawa ke perhentian penderitaan yakni: Kepercayaan yang benar, aspirasi yang benar, uacapan yang benar, perbuatan yang benar, cara mencari nafkah yang benar, perhatian yang benar, meditasi yang benar.[10]
Delapan jalan kebenaran tersebut dibagi dalam 3 macam latihan yakni moralitas, meditasi dan kebijaksanaan. Umat Budha memandang kemanusiaan sebagai bagian integral dari keseluruhan kosmos, dank arena itu konteks pengalaman mengenai kemanusiaan adalah saling ketergantungan dari seluruh semesta. Manusia memiliki tempat istimewa dalam kosmoms tersebut karena diri sendiri dapat melarikan diri dari kelahiran kembali dan penderitaan. Dan karena itu sekalipun tidak ada kepercayaan terhadap penyataan Ilahi para praktis meditasi Budha mempercayai bahwa kebenaran akan menyatakan diri jika ada waktu yang cukup, ada struktur meditasi dan latihan moral yang tepat.

  2.5. Model-model Penyataan Allah
Avery Dulles melihat ada beberapa model penyataan atau wahyu yaitu[11]:
  1. Tipologi Proposional
Model proposional ini adalah penilaian terhadap agama-agama yang berfokus kepada pertanyaan bagaimana mereka dapat menerima perbandingan kebenaran yang dinyatakan dalam berbagai cara melainkan melalui penyataan alkitabiah. Hal ini diungkapkan oleh kelompok-kelompok evangelish particular dan neo scholastik Katholik. Menurut mereka bahwa Allah menghendaki diriNya dikenal setiap orang melalui penyataan umum yang diberikan kepada setiap agama tetapi penyataan itu tidak menyelamatkan, melainkan hal ini dipandang sebagai suatu jawaban terhadap wahyu Allah.

  1. Penyataan sebagai Sejarah
Penyataan sebagai sejarah dilihat dalam 2 bentuk yakni sejarah keselamatan dan sejarah umum. Oscar Cullman memberi contoh mengenai sejarah keselamatan pada awalnya bersifat umum kemudian menjadi khusus dalam Yesus Kristus yang didalamnya penyataan itu meluas dan keluar dari pusat yakni Yesus. Sedangkan Jean Danieloo berkata bahwa ada kemungkinan bagi agama-agama untuk memperoleh wahyu/ penyataan yang dilihat dari kitab suci orang-orang yang berada dalam sejarah keselamatan. Pannerberg menyumbangkan pemikiran bahwa penyataan dalam sejarah ini beranjak dari penyataan Allah kepada semua bangsa namun penyataan Allah yang Esa hanya terjadi dalam Yesus Kristus karena di dalam Dia yang Ilahi masuk ke dalam lingkaran sejarah.

  1. Penyataan sebagai Pengalaman
Semua agama didasari oleh pengalaman religius yang berbeda. Dalam kaitan ini bukan karena adanya perbedaan pengalaman itu tetapi karena adanya perbedaan melambangkan penyataan yang sama. Menurut Paul Tillich bahwa pengalaman pewahyuan itu hadir dalam setiap agama karena penyataan itu bersifat Esa dan Ilahi tetapi manusia yang manusia membentuk dalam cara, sistem yang berbeda.

  1. Penyataan sebagai Dialektika
Menurut para pakar Teologi yang diwakili Karl Barth menyatakan bahwa agama yang benar dapat diselamatkan seperti emas yang dimurnikan melalui Kristus sebagai Sabda Allah yang satu-satunya merupakan norma yang tertinggi dan hakim atas semua Theologia dan usaha manusia untuk mengerti akan penyataan Allah.

  1. Penyataan sebagai Kesadaran Baru
Penyataan adalah kesadaran baru yang beranjak dari pemahaman bahwa wahyu ada dalam kesadaran manusia dari dahulu sampai sekarang. Dalam hal ini penyataan dilihat sebagai suatu panggilan ilahi yang melampaui perspektif-perspektif ini. Dimana penyataan Allah berkorelasi dengan situasi aktual sehingga dalam periode sejarah, penyataan muncul dalam kesadaran baru yang tidak terbatas.

2.6 Pandangan para Tokoh-tokoh terhadap Penyataan Allah dalam Agama-agama
a. Johannes B. Lotz SJ.
            Wahyu Kristen dipahami dalam konteks hubungan timbale balik dengan pengalaman religius manusia, Allah tidak pernah menyatakan diri dalam konteks yang melampaui pengalaman manusia. Maka paham tentang wahyu agama-agama lain-Gereja, diakui ialah pengalaman religius manusia. Kebenaran wahyu dalam agama-agama lain diakui sebagai yang mengalir dan tidak terpisah dari pengalaman religius para penganutnya.[12] Yang artinya setiap orang (individu) yang menganut agama memancarkan kebenaran Allah kepada setiap orang yang adalah pewartaan diri Allah.

b. Emil Bruner
            Emil Bruner membedakan dua penyataan Allah, yaitu penyataan Allah dalam alam, dan penyataan Allah dalam Kristus. Dalam hal ini Bruner menekankan peranan kata hati dan sejarah manusia dalam penyataan. Artinya Allah menyatakan diriNya melalui kata hati da sejarah manusia dan hal ini terbukti dengan adanya potensi moral pada diri manusia.[13] Dalam hal ini, yang mau disampaikan Bruner yaitu bahwa manusia sulit untuk berbuat baik tanpa kuasa Tuhan di dalam diri manusia, maka Allah menyatakan diri melalui suara hati setiap orang, terlepas darimana agamanya.

c. choan-Cheng Song[14]
            Song menunjukkan bahwa Allah Israel identik dengan Allah Cina, dan kemudian menindak lanjuti dengan pembahasan identifikasi Kristus dengan agama Budha. Hal menerangkan penyataan Allah bukanlah monopoli Kristen saja. Dalam hal ini Song menunjukkan paling sedikit ada lima kesamaan antara Budha dan Kristen, yakni:
-          Konsep Penderitaan. Ia mengkawinkan konsep mengenai penderitaan agama Kristen dengan Budha. Yesus mengawali misi penebusan dengan penderitaan, Yesus mati oleh karena dan di dalam penderitaan. Begitu juga dengan Budha yang mendapat pencerahan pada waktu melihat orang-orang yang menderita.
-          Adanya Kesamaan Roh. Roh yang mengobarkan belas kasihan di hati Budha karena penderitaan manusia adalah roh yang sama membuka mata orang-orang Kristen kepada Yesus Kristus, Firman itu menjadi daging.
-          Kesamaan Sebagai Adanya Keselamatan. Yaitu Budhisme, seperti kekristenan, adalah suatu agama keselamatan.
-          Kesamaan Akulturasi
-          Kesamaan Kristus dan Budha. Keduanya memiliki kuasa kasih yang telah mematahkan kuasa penderitaan karma.

d. D. C. Mulder
            Mulder mengatakan makanan dan kegembiraan itu adalah keselamatan (Syaloom) yang sangat berharga bagi umat manusia, kalau Tuhan berkenan mengaruniakan keselamatan itu kepada manusia, alangkah perlunya manusia mencari kebaikan bagi sesamanya.[15] Dalam hal ini, Mulder mengatakan bahwa Tuhan tidak hanya memelihara manusia, tetapi juga menyatakan diriNya kepada manusia (agama-agama lain). Penyataan itu dari berbagai kewajiban, seperti menurunkan hujan, memberikan musim-musim subur, memuaskan hati dengan makanan dan kegembiraan.

e. Cavin D’Costa
            Menurut Cavin bahwa Doktrin Tritunggal tentang Allah mempermudah tanggapan yang secara autentik Kristen terhadap agama dunia, karena doktrin tersebut sungguh-sungguh menganggapi Partikularitas-partikularitas sejarah.hal ini berupaya mengukuhkan bahwa telah menyingkapkan diriNya dalam peristiwa dan partikularitas Pribadi Yesus.Oleh karena itu, melalui Kristuslah kita menjumpai Allah Tritunggal, yang membuat dirinya dikenal sebagaimana adanya. Sebagai misteri tertinggi dan penuh kemurahan (Allah Bapa), dalam firman yang menjadi manusia (Anak) serta dalam kehadiran Allah yang menetap, profetis dan menguduskan (Roh). Pemahaman Trinitas yang Kristosentris ini dengan demikian memudahkan keterbukaan terhadap agama-agama dunia, karena aktivitas Roh tidak dapat dibatasi dalam kekristenan.[16]


[1]  ………KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), 790
[2]  Joas, Adiprasetyo, Mencari Dasar Bersama, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 75
[3]  A.A. Yewangoe, Iman, Agama dan Masyarakat dalam Negara Pancasila, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 25
[4]  Joas Adiprasetyo, Mencari Dasar Bersama, 74
[5]  A.A. Yemangoe, Iman, Agama dan Masyarakat dalam Negara Pancasila, 22
[6]  Ibid, 2
[7]  Stevri. I. Lumintang, Theologi Abu-abu, (Malang: Gandum-Mas, 2004), 644
[8]  Leo D. Lefebure, Pernyataan Allah, Agama dan Kekerasan, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 152
[9]  Ibid, 220
[10]  David W. Shenk, Ilah-ilah Global, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 130
[11]  Avery Dulles, Models of revelation, Double day & Company, (Garden City:New York, 1983), 177-192
[12]  F.X.E. Armada Riyanto, Dialog agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 93-94
[13]  Stevri I. Lumitang, Theologi Abu-abu, 647
[14]  Ibid, 354-355
[15]  A.A. Yewangoe, Agama-agama dan Kekerasan, (Jakarta: BPK-GM, 2001), 76
[16]  Cavin D’ Costa, Mempertahankan Kembali Keunikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 76

No comments:

Post a Comment