Wednesday, November 6, 2013

Teologi PL II


IBLIS (SETAN) DALAM PERJANJIAN LAMA
       I.             II.            PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Setan (Iblis)
Dalam kamus besar bahsa Indonesia, Iblis adalah mahkluk halus yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari petunjuk Tuhan. Dalam bahasa Ibrani disebut dengan nama( שטן)”Satan” sedangkan dalam bahasa Yunani juga disebut sebagai “Satanas (Σατανας)” yang arti dasarnya “lawan” atau disebut juga “Diabolos” yang artinya “pendakwa” atau lawan (Bil 22:22). Setan atau Iblis adalah personifikasi dari apa yang jahat dan dalam alkitab disebutkan sebagai musuh Allah.[1] Dalam buku “Dictionary of Theology” Iblis adalah Suatu makhluk yang tidak sempurna moralnya yang sering disebut sebagai roh jahat.  Dalam Kitab Ayub dikatakan bahwa Iblis muncul dihairat Tuhan diantara anak-anak Tuhan. Ia membujuk Daud Untuk menghitung jumlah rakyatnya (1 Tawarikh 21:1), ia berdirih disebelah kanan Yosua, imam agung dan mendakwa Yosua sehingga menimbulkan amarah Tuhan (Za 3:1), bagi pemazmur adalah bencana jika iblis berdiri disebelah kanan seseorang (Maz 109:6).[2] Dengan arti lain iblis adalah lawan atau musuh Allah dan juga musuh manusia.
2.2. Latar belakang Iblis (Setan)
Iblis merupakan cerita di dalam alkitab yang aneh dan hampir tidak bisa dipercaya, meskipun Alkitab tidak menjelaskan kejadian itu secara terperinci, namun ada ayat-ayat yang memberi sinar terang pada misteri ini. Penciptaan terjadi lama sekali pada masa yang lampau. Yang terpenting di dalam penciptaan ini adalah Allah sebagai pencipta itu sudah ada, Ia adalah Allah yang tidak pernah diciptakan karena Ia sudah ada sejak awal dan akhir, kekal dan abadi. Lama sebelum Penciptaan Allah telah menciptakan para pesuruh-pesuruhNya untuk mengawasi seluruh CiptaanNya. Pesuruh Allah tersebut disebut “άγγελοϛ” yang artinya malaikat atau pesuruh (Mal 3:1). Malaikat-malaikat ini mengambil wujud jasmaniah yang pada hakekatnya adalah makhluk Rohani atau roh yang melayani (Ibr 1:4). Serta makhluk yang yang tak berjasad yang tidak bisa kawin dan dikawinkan (Mat 22:30) mereka adalah roh-roh yang diciptakan dan bersifat terbatas. Akal dan kuasa mereka jelas melebihi yang dimiliki oleh manusia, Pemazmur mengatakan bahwa mereka adalah pahlawan-pahlawan perkasa (Maz 103:20). Allah pada awalnya menciptakan segala sesuatu sangat baik, sementara Iblis barasal dari malaikat yang memberontak kapada Allah (Yeh 28:13-17).[3] Alkitab kita berbicara tentang malaikat-malaikat yang baik dan kudus (Mar 8:38) serta malaikat yang tidak taat (Yud 1:6). Malaikat yang baik digambarkan sebagai tentara Allah yang senantiasa siap untuk menaati FirmanNya. Mereka melaksanakan Firmannya dengan mendengarkan suaraNya (Mzm 103:20). Para Malaikat yang memberontak dan tidak melakukan firmanNya serta tidak mendengarkan perintahNya akan jatuh kedalam Dosa, kemudian mereka berwujud sebagai lawan, musuh dan pemberontak yang disebut dengan Iblis, yang mewujudkan suatu kuasa yang berusaha merusak karya-karya Allah. Sehingga dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa iblis itu berasal dari malaikat Allah yang memberontak dari pada perintah dan kebenaran Allah. Dalam arti malaikat-malaikat Tuhan yang merasa sombong, melalaikan dan mengabaikan tugas mereka sebagai pesuruh Allah (Yeh 28:1-19), sehingga mereka menjadi jahat dimata Allah, malaikat jahat ini sering disebut dengan istilah pada masa kini Lusifer.[4]
2.3. Sebutan atau Julukan Iblis
Iblis dalam pekerjannya dan kuasanya memiliki banyak sebutan atau julukan terkhusus dalam perjanjian Lama, antara lain: Iblis (Pemfitnah), Belial (yang tidak berguna/ yang jahat) (Yeh 9:3). Syaitan (ayub 1:6-7). Dewa lalat di Ekron (2 Raj 1:2), Pendakwa (Za 3:1).[5]
2.4. Sifat dan karakter Iblis
Dalam tujuan iblis yang misterius dan keji itu, dia mempunyai rencana untuk membunyikan sebanyak mungkin sifat dirinya sendiri ataupun sifat pengikut-pengikutnya dari manusia, sehingga kemajuan dan serangannya bisa diselengarakan secara rahasia. Ia ingin tujuan perbuatan salahnya tidak terlihat juga perbuatan-perbuatan dan tipu dayanya dilakukan sepenuhnya secara tersembunyi. Tetapi ajaran Alkitab tentang sifat iblis jelas, terang-terangan dan cukup memadai. Iblis dan para pengikutnya sebagai makhluk roh yang tidak mempunyai tubuh yang tidak dapat dilihat, tetapi iblis sungguh-sungguh ada. Iblis diciptakan sebagai pribadi dan digambarkan sebagai makhluk yang cerdik. Kepandaian dan kelicikan iblis sangat membingungkan manusia. Alkitab menyatakan Iblis beserta pengikut-pengikutnya seperti setan, percaya akan Allah serta mereka gemetar dihadapannya (Yak 2:19). Tatapi kepandaian mereka dipergunakan untuk menggagalkan maksud dan tujuan Allah, untuk memajukan maksud-maksud iblis yang cemar dan yang dilarang oleh Allah.[6]
2.5.Aktivitas Iblis (Setan)
Telah kita ketahui bahwa iblis adalah musuh bagi Allah, maka ia selalu berusaha menyebarkan kejahatan di siantero bumi ini (Mat 13). Iblis juga membujuk untuk melakukan dosa (1 Tawarikh 21:1).[7] Iblis juga sebagai Roh jahat juga kepribadian yang tak henti-hentinya menentang dan terus berupaya membelokkan kehendak Allah. Ini dilukiskan dalam godaan terhadap Adam dan Hawa di taman Eden dan godaan terhadap Ayub serta kejadian-kejadian lainnya. Iblis juga melaksanakan rencana Allah sekalipun hal itu tidak mereka inginkan (1 Raj 22:23; 1 Kor 5:5), Iblis juga pemberontak dan pemimpin atas segala kejahatan.[8]
2.6.Tujuan Iblis (setan)
Ambisi penghulu setan tidak mungkin dipisahkan dari para pengikutnya. Ingatlah bahwa Iblis rupa-rupanya Raja Setan (Mat 12:56), dengan kerajaan yang terdiri dari pada pengikutnya, Kita harus ingat juga bahwa ceita pemberontakan setan berkisar sekitar huru-hara Iblis melawan Allah yang Maha Tinggi (Yes 14:12-17). Tujuan dari serangan Iblis adalah kabar baik harus dirusak dan disembunyikan. Iblis mempunyai keinginan yang berkobar-kobar untuk dipuja-puja, hal ini terlihat nyata dalam hal ia memberontak melawan Allah (Yes 14:13,14). Dalam hal ini ia mencobai nenek moyang kita yang pertama di taman Eden (Kej 3:5).[9]
2.7.Startegi Iblis (setan)
Di dalam aktivitasnya, iblis tidak pernah merasa bosan menjauhkan manusia dari Allah. Strategi iblis pertama sekali dilaksanakannya kepada manusia pertama di Taman Eden.  Sehingga terjadi permusuhan antara manusia dengan manusia (Kej 3:15a). Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam strategi iblis berikut ini:
1.      Terus menghasut manusia untuk berbuat dosa (Kej 3:18)
2.      Menggoda manusia untuk berbuat dosa (Kej 4:7)

2.8. Setan (Iblis) dalm Perjanjian Lama
Di dalam Perjanjian Lama sangat jelas sekali peran Iblis mulai perannya di Taman Eden hingga godaanya terhadap Ayub. Selain itu  iblis di dalam perannya terhadap kegiatan yang lain yang diceritakan dalam perjanjian lama, seperti peringatan keras terhadap spritisme berulang-ulang diulas terhadap mereka yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal (Im 19:31; 20:6; Ul 18:9-21; Yes 8:19; 19:3). Para ahli sihir dan ahli nujum yang mengunakan roh-roh diancam hukuman mati oleh taurat Musa. Mereka meramal dengan bantuan-bantuan roh-roh jahat. Orang yang dalam PL disebut memiliki roh Peramal cocok disebut perewangan atau medium dalam spritisme modern. Selain menunjuk kepada mereka yang berpaling kepada arwah-arwah, PL juga menunjuk kepada kejahatan iblis pada umumnya. Kata “Jin”pada Yesaya 13:21 dan 34:14, dalam bahasa Ibraninya berarti makhluk “yang berbulu, seekor kambing jantan. Dalam bahsa Yunani diterjemahkan daimon (iblis). Barang kali makhluk ini dengan banyak cara dipakai bagi penjelmaan roh-roh jahat atau dihubungkan dengan Pemujaan Iblis.
Kata yang sama juga muncul dalam Imamat 17:7 “ Korban... Kepada Jin-jin” dan II Tawarikh 11:15, Yerobeam... mengangkat bagi dirinya imam-imam untuk bukit-bukit pengorbanan untuk jin-jin. Katan ini dalam ulangan 32:17 diterjemahkan roh-roh jahat atau Iblis. Demikian halnya dengan Mazmur 106:37, mereka mengorbankan anak laki-laki mereka dan anak perempuan mereka  kepada roh-roh jahat. Roh-roh jahat dalam kedua bagian PL ini dalam Septuaginta diterjemahkan sebagai Iblis. Terjemahan Mazmur 96:5 dan Mazmur 106:37 dalam septuaginta, jika dilihat dalam terang 1 Kor 8:4-6 merupakan hal yang sangat penting.  Karena siapa yang berani berkata bahwa pemujaan terhadap berhala-berhala modern pada kenyataanya bukanlah pemujaan terhadap iblis? Bukankah penyembahan berhala masih tetap merupakan alat-alat Iblis, yang berusaha membelokkan kepadanya pemujaan yang sebenarnya yang merupakan adalah milik Allah? Penyembahan berhala dalam berbagai bentuk yang nyata yang terdapat diantara beberapa bangsa, ada hubungannya secara misterius dengan penjelmaan roh-roh jahat. [10] Sehingga kita dapat mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama ini, Iblis di istilahkan sebagai roh-roh jahat yang menuntut manusia untuk taat dan tunduk kepadanya (kepada iblis).
2.9.Hubungan dan pengaruh Iblis terhadap kehidupan manusia terkhusus menurut kitab Ayub
Kitab Ayub mempunyai Thema yaitu “Persoalan penderitaan manusia yang saleh”. Kebebasan Allah ini mesti ditekankan baik itu Ayub maupun sahabat-sahabatnya betul-betul dibingungkan oleh kebebasan Allah. Sahabat-sahabat Ayub mengira bahwa penderitaan itu selalu dan hanya merupakan tanda hukum Allah. Kitab Ayub memperkenalkan Allah yang bebas bertindak secara mengejutkan, Ia bebas mengizinkan ujian yang dilakukan Iblis dan tidak memberitahukan apa-apa tentang hal itu kepada orang yang diuji. Ia bebas mengatur waktu kapan dan bagaimana cara Ia akan campur tangan. Sehingga kita boleh melihat bahwa kitab Ayub mengajarkan, Dialah Tuhan dan Ia membuat pilihanNyan sendiri. Sehingga manusia hanya dapat menemukan kebebasan jika mereka mengenal Allah. [11] Oleh karena itu kehendak Allah tidak bisa dipengaruhi dan terikat oleh kehendak manusia, karena Allah yang Mahatinggi dan yang Maha Kuasa diatas segala ciptaanya.
Salah satu acuan yang paling awal mengenai Iblis adalah penampilannya dalam pembukaan kitab ini (1 Taw 21:1 Zak 3:1). Iblis memperoleh izin masuk kehadapan Allah, namun tunduk kepada kuasa-Nya yang tertinggi. Tujuan iblis sangat membahayakan, ia mewakili pertikaian dan kehendak jahat. Sehingga satu segi peranan Iblis dalam kitab Ayub, Dia adalah makhluk ciptaan Allah, namun merupakan lawan dari kehendak Allah (Mat 4:1-11), ia berusaha menggoda umat Allah secara jasmani (2 Kor 12:7), Maupun rohani (2 Kor 11:14). Ia telah dikalahkan oleh ketaatan Kristus dan akan lenyap Pada Akhirnya (Why 20:2,7,10). Kita dapat melihat bahwa strategi iblis tidak untuk menggoda Ayub melakukan dosa-dosa seprti perzinahan, kecurangan, korupsi dan lain sebagainya, melainkan mencobainya ke arah dosa yang paling hebat yakni ketidak taatan kepada Allah.
Dalam Kitab Ayub dikatakan bahwa iblis hanya dapat mencobai Ayub sejauh Allah mengijinkannya (Ayub 1:8, 2:3). Artinya bahwa iblis berperan hanya sebagai yang tunduk kepada hak daulat Allah. Setelah merampas segala kekayaan dan kebahagiaan duniawi Ayub, iblis disingkirkan begitu saja, sehingga pada akhir ceritra tidak disebutkan lagi. [12]
Dalam Kitab Ayub ini ada beberapa hal yang sangat penting dari keterangan-keterangan tentang Iblis  yang terselubung di dalam tindakaknya tersebut kepada manusia, yaitu:[13]
1.      Hati yang gelap-gulita itu merupakan sebuah kitab yang terbuka dihadapan Allah, “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?” demikianlah pertanyaan Tuhan kepada Iblis. Sepintas kita perhatikan bahwa pertanyaan ini kedengarannya mengolok-olokkan atau menentang Iblis. Tetapis sebenarnya tidak, Allah tahu terlebih dahulu rencana jahat yang tersembunyi dalam hati iblis dan sebelumnya bertanya dari manakah engkau? Ia tahu pula, bahwa iblis datang dari perjalanan mengelilingi dan menjelajahi bumi. Tuhan mengajukan pertanyaan itu bukan karena Allah belum tahu, melainkan memaksa pengakuan Iblis. Dari jawaban Iblis Atas pertanyaan Allah menunjukkan bahwa Ia sudah melakukan segala tipu daya nya untuk menyerang Ayub. Hanya saja tipu daya Iblis tidak berhasil sebab Ayub sangat dilindungi Tuhan.
2.      Iblis berdiri dibelakang kejahatan didunia ini, hal ini dapat kita lihat juga ketika ia ditanya, dari manakah engkau? Ia menjawab dari perjalanan mengelilingi dan menjelajahi Bumi. Nyata jelas bahwa iblis mempunyai kegiatan istimewah terhadap bumi kita ini. Kata “mengelilingi” dan “menjelajahi” itu menunjukkan bahwa hatinya tidak nyaman, dan berisi banyak niat jahat. Oleh karena itu iblis adalah penghulu dunia ini, ia menyebabkan orang-orang yang tidak menaruh iman kepada Tuhan menjadi Buta mata hati mereka. Oleh karena itu kita harus sadar bahwa segala kejahatan di dunia ini adalah bersumber pada kegelapan iblis.
3.      Iblis tidak dapat berbuat sesuatu apapun jika Tuhan tidak mengijinkannya (ayb 38:11)

2.10.        Jenis-jenis Praktek Kuasa Kegelapan Pada Masa sekarang (Okultisme)
Sepanjang sejarah yang dicatat dalam Alkitab, iblis merupakan suatu oknum yang selalu bergerak dan bekerja untuk mempengaruhi Manusia. Alkitab menunjukan dengan jelas mulai dari zaman Adam sampai saat ini, pekerjaan iblis selalu dilakukannya dengan berbagai praktek dan aktifitas yyang telah menghancurkan kehidupan manusia khususnya dengan praktek okultisme. Ketika Iblis menghancurkan manusia, biasanya yang dihancurkan adalah tubuh, roh, dan jiwa (Mark 1:23-27).[14] Untuk pemahaman yang lebih jelas berikut ini kita akan melihat pengertian satu-persatu dari jenis okultisme:
1.      Spritisme
Spritisme adalah praktek okultisme yang didasarkan pada keyakinan bahwa orang yang sudah mati dapat berhubungan dengan orang yang hidup dan sebaliknya juga. Bentuk-bentuk kontak tersebut dilakukan melalui jalangkung, kuda kapang, kapur yang menulis sendir dan lain sebagainya.
2.      Ilmu Ramal
Praktek ramal sangat populer dikalangan masyarakat pada masa kini, sehingga orang Kristen mulai lalai dan lupa bahwa praktek lamaran itu merupakan suatu bentuk .dari praktek kuasa kegelapan. Dalam hal ini tidak sedikit orang kristen ikut ambil bagian didalamnya, khususnya para pemuda-pemudi. Ramalan muncul dari berbagai bentuk yang berusaha mengetahui nasib manusia pada waktu mendatang.


a.       Tenung
Ilmu Tenung adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui nasib manusia pada masa mendatang. Ilmu ini sering dugunakan untuk mencari sesuatu yang tentang masa depan atau mencari petunjuk tentang sesuatu hal. Istilah tenung atau mantik berasal dari bahasa Yunani “μαντευομαί” artinya meramalkan dan memberi petunjuk-petunjuk. Dalam ilmu Tenung ini orang bukan mencari kesaktian, namun orang mencari pengetahuan yang istimewa.[15] Dalam Alkitab juga bahwa ada banyak bangsa-bangsa yang terlibat dalam Tenung, contoh dalam kitab Torah Musa mencatat “sebab bangsa-bangsa yang didaerahnya akan kau duduki ini mendengarkan kepada peramal dan petenung tetapi engkau tidak di ijinkan Tuhan Allahmu melakukan demikian” (Ul. 18:14).
b.      Satrologi
Satrologi adalah ilmu perbintangan yang diapakai untuk meramal dan mengetahui nasib orang. Astrologi sudah sejak lama sekali dikenal di dunia ini seperti didalam perjanjian Lama banyak sekali imam Dewa asing yang menyembah dewa asing, dewa matahari, dewa bulan (2 Raj 23:5). Hal ini sudah sering dilakukan oleh orang-orang Sumeria, Babilonia (3000SM). Dari babilonia pengaruh Astrologi itu menyusup samapai ke Yunani. [16]
3.      Penyembahan Berhala
Dalam firman Tuhan, mengajarkan tentang kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa, walaupun pada Prakteknya orang-orang dalam Alkitab tidak terlepas dari penyembahan terhadap berhala, baik terhadap patung-patung dan sebagainya. Selalu disebut bahwa penyembahan berhala sangat mempengaruhi terhadap kepercayaan seseorang misalnya, Raja-raja Israel banyak melakukan penyembahan terhadap berhala.[17] Dalam Hukum Taurat, hukum pertama jelas menegaskan agar tidak melakukan penyembahan selain kepada Tuhan dengan alasan apapun (Kel. 20:1-5).
4.      Takhayul
Takhayul adalah suatu kepercayaan yang tidak berdasarkan akal sehat dan kebenaran. Pada dasarnya takhayul selalu membuat manusia hidup dalam ketakutan, bila melanggar sesuatu keyakinan yang tidak beralasan yang sudah dipercayai sejak turun-temurun. Takhayul merupakan kepercayaan sia-sia kepada hal-hal yang berasal dari kata orang atau rekayasa Manusia. Tepatnya takhayul atau supertisi adalah anggapan suatu peristiwa dalam hidup manusia, misalnya ada larangan, pantangan sewaktu kelahiran, sakit, perkawinan kematian dan lain sebagainya. Dengan larangan tidak beralasan itu sebenarnya manusia dijerat oleh kuasa iblis.[18]


[1] George A. Mather and Larry A. Nichols, Dictionary Of Cults, Sects, Religious and The Occult, (Michigan: Zondervan Publishing House, 1993), 89
[2] F. J. Rae, J. M. Ross et. Al, Dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II, J. D. Douglas (ed), (Jakarta: YKBK- OMF, 1992). 409
[3] Mak J. Bubec, Bagaimana Mengalami Mengalahkan Iblis, (Jakarta: BPK-GM, 1986), 73
[4]William W. Orr, The Misteri Of Satan, (Scriptural Press Publications, 1999), 15
[5] W.N. Mcelrath, Billy Mathias, Ensklopedi Alkitab Praktis, (Bandung: LLB, 1978), 154
[6] William W. Orr, The Misteri Of Satan, 19-21
[7] J. Sihombing, Jangan kamu Diperdaya, (BPK-GM, 1983), 46
[8] Frederick S. Lealy, Iblis Sudah Keok, (Jakarta: BPK-GM, 1979), 20
[9] William W. Orr, The Misteri Of Satan, 22-24
[10] Frederick S. Lealy, Iblis Sudah Keok, 62-64
[11] Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, (BPK-GM, 1996, 105)
[12] Frederick S. Lealy, Iblis Sudah Keok, 37
[13] J. Sidlow Baxter, Menggali isi Alkitab II Ayub-Maleakhi (Jakarta: YKBK-OMF, 1999), 35-39
[14] Mc. Cadilsh Phillips, Dunia Roh, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1985), 133
[15] Marris Ph Takaliuang, Makalah Seminar Ilmu Hitam, (Medan:YPPII, 2007), 9
[16] Stan Baldwin, Permaiana Iblis, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000), 28
[17] E. P. Gintings, Religi Karo, (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), 103
[18] Marrish Ph Takaliuang, demonologi Alkitab, (Medan: YPPII, 2007), 17

Teologi Agama-agama



        I.            PEMBAHASAN
1.1.  Pengertian Pluralisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pluralis adalah suatu keadaan masyarakat yang bersangkut paut dengan sistem sosial plitik. Menurut Darwin Lumbantobing, Pluralisme adalah suatu paham yang melahirkan sikap mengakui dan sekaligus menghargai, menghormati dan memelihara bahkan mengembangkan serta memperkaya pengakuan terhadap keadaan yang bersifat plural, jamak atau sesuatu yang bersifat keanekaragaman.[1] Dan menurut Stevril I. Lumitang, Pluralisme adalah paham yang mengakui adanya suatu kebenaran yang dilihat dari sudut panadang yang bebeda.[2] muncul dari keragaman iman ditengah kehidupan manusia. Pluralisme disejajarkan dengan beragam. Secara umum dipahami bahwa dalam sosiologi maupun keagamaan, pemahaman istilah tersebut juga beranekaragam. Secara Harafia, Pluralisme berarti jamak, beberapa, berbagai hal, keberbagian atau banyak. Oleh karenanya sesuatu dikatakan plural terdiri dari banyak jenis, pelbagai sudut pandang serta latar belakang.[3]
1.2.  Pengertian Mistisme
Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pemahan akan mistis yaitu sebagai suatu yang bersifat mistik. Dan mistik memilki 2 pengertian, yaitu: Pertama, Subsistem yang ada hampir ada disemua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan; Kedua,hal yang gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia. Sedangkan mistisme diartikan sebagai ajaran yang menyatakan bahwa ada hal-hal yang tidak boleh terjangkau oleh pikiran manusia.[4] Dan didalam kamus Inggris-Indosnesia, mistisme diartikan sebagai ilmi Tassawuf atau kebatinan, berasal dari kata benda “mystik” yang artinya sebagai mistik atau penganut ilmu kebatinan.[5]
1.3.  Jenis-jenis Pengalaman Mistis
Pengalaman mistis merupakan pengalaman langsung atas sesuatu yang kekal atau abadi yang bersifat pribadi atau hanya sekedar dari kesadaran yang dianggap sebagi sesuatu yang tidak tenang, tidak berwaktu, tidak bisa mati dan kekal atau yang dianggap sebagai Tuhan yang pribadi.
Ada 3 (tiga) jenis penglaman Mistik:
·         Pengalaman Ekstatis-Mistisme Alam
Pengalaman ini dimana jiwa merasakan dirinya disatukan dengan kehidupan segala sesuatu yang tidak terjamah oleh maut. Pengalaman ini bisa dimiliki oleh semua orang dari semua agama bahkan orang yang tidak memilki agama sekalipun dapat memilikinya. Dipengalaman ini jiwa itu melihat dirinya sebagai sesuatu yang utuh dan mengatasi segala dualitas kehidupan duniawi. Yang dimana jiwa merasakan dirinya disatukan dengan kehidupan segala sesuatu yang tak terjamaholeh maut. Dalam pengalaman ini, batas antar si “aku” dan yang “bukan aku”, subyek yang mengalami dan dunia obyektif lenyap, serta segala sesuatu tanpak sebagi yang satu dan yang satu sebagai semua. Sehingga inti pengalaman ini adalah Individualitas sendiri tanpaknya larut dan mengabur, serta hal ini membawa kegembiraan dan kedamaian.
·         Pengalaman Estatis
Pengalaman ini adalah terserapnya jiwa kedalam hakekatnya sendiri. Pengalaman ini mengenai kesatuan mutlak atau hakekat rohani yang paling mendalam atau mendasar dalam lubuk keberadaanya. Pengalaman ini sama dengan pengalaman ekstatis dalam hal keduannya mengatasi dimensi ruang dan waktu. Dalam pengalaman ini kesatuan yang dialami dalam jati diri. Suatu pengalaman akan hadirnya kebebasan yang ilahi dalam jiwa. 
·         Pengalaman Teitis
Jenis pengalan ini adalah Mistisme cinta akan Tuhan  dalam cinta dan penyerahan diri serta melalui partisipasi jiwa yang dapat dirasakan dalam keberadaan Tuhan. Sehingga para Mistikus dengan sungguh-sungguh menyadari ketergantungan totalnya kepada Tuhan, dan karenanya menyerahkan diri secara utuh kepada tindakan yang Illahi tanpa menghilangkan jati dirinya. Cintalah yang merupakan bagian yang terpenting dalam mistisme teitis ini, karena dari hal itu kita diajar bahwa Tuhan adalah cinta.[6]
                Sehingga kontemplasi di dalam teisme dimengerti sebagai persekutuan. “Mereka akan sedemikian bersatu dengan Tuhan sehingga takkan pernah meninggalkan Tuhan, dan Tuhanpun takkan pernah meninggalkan mereka; dan dengan tinggal didalamnya, mereka akan mengalami Tuhan dalam segala sesuatu.”
1.4.  Mistis Dalam beberapa agama
1.       Agama Kristen
Berbicara penyataan Allah dalam agama kristen merupakan pembahasan mengenai sang Illah  yang sama sekali tidak terjangkau oleh manusia. Pernyataan Allah ini memiliki tujuan agar manusia diselamatkan setelah kejatuhannya dalam dosa, dan penyataan Allah mencapi puncak pada pribadi Yesus sebagai penyataan Allah yang khusus, mistik dalam agama kristen berorientasi pada meisteri Kristus dalam kaitannya dengan kitab suci. Dalam penyerahan diri secara total kepada kristus, biasanya membawa kepada perubahan kesadaran.[7]
2.       Agama Islam
Dalam Agama Islam aliran Sufisme adalah aliran mistik, yang mana Islam sunni menekankan penyerahan diri pada Allah. Meskipun Allah itu tersembunyi yang tidak dapat dikatahui.[8] Bagi kaum Islam mereka mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan hanya Dia yang abadi, sebagaimana tercantunm dalam Al-Qur’an bahwa “Segala sesuatu binasa kecuali wajah-Nya”. Para Mistikus dalam hakekatnya terdalam mengalami dirinya sebagai yang kekal, tidak adapat mati dan tak berwaktu. Seorang musilim mistikus tahu bahwa tidak ada sesuatu yang kekal kecuali Allah. Kaum Sufi saendiri yang bertujuan mencari Tuhan, menyebut dirinya sebagai pengembara (Salik). Ia melakukan pengembaraan dengan perlahan melalui tahapan (maqamat). Dengan cara penyesalan (Tobat), pantangan, membatasi keinginan, kekafiran, kesabaran, percaya kepada Tuhan dan kepuasan.[9] Tentu setelah melewati lintasan (tariqat), guna mencapai tujuan untuk bersatu dengan kenyataan (fana fil haq). Tahapan tersebut merupakan disiplin asketis dan etika sufi. Perjalanan kaum sufi tidak akan berakhir hingga berhasil melintasi seluruh tahapan yang membuat dirinya sempurna dalam suatu tahap. Sebelum melangkah ketahap berikutnya, maka ia senantiasa menikmati apapun bentuk keadaan sebagai karunia Tuhan yang memang telah dilimpahkan kepada dirinya. Maka segera perlahan ia naik tahap kesadaran lebih tinggi. Tahap ini disebut kaum sufi sebagai pengetahuan (Gnosis atau ma’rifat) dan sebagi kebenaran (haqiqat). Dimana mereka menjadi orang yang tahu (arif), danmenyadari melalui pengetahuan itu ia mengetahui “yang tunggal.[10]
3.       Agama Hindu
Dalam agama Hindu jika berbicara tentang mistisme berarti kita berbicara tentang yoga. Dimana Yoga adalah jalan mencapai Moksa, yang didalamnya terdapat latihan rohani yang keras demi mencapai kelepasan. Dalam kehidupan sehari-hari penganut yoga berusaha hidup saleh, tidak dikuasai hawa nafsu, banyak berpuasa, hidup bermeditasi, dalam bermeditasi yang tertinggi maka berpikirpun berhenti dan jiwannya tenggelam dalam obyek perenungan inilah yang disebut semedi. Jadi tujuan yoga yaitu untuk melepaskan rohnya dari materi (Zat), maka tidak lagi terikat dengan hukum-hukum materi sehingga ia dapat mengerjakan hal-hal yang luar biasa.[11]
4.       Agama Buddha
Dalam Agama Buddha yang menjadi mistiknya adalah adanya cita-cita religious yang merupakan pembebasan dari perbudakan dan kelahiran kembali dari kematian dan derita untuk memperoleh kedamaian dan kesadaran yang lebih tinggi dan nirvana.[12] Kelahiran dalam agama Buddha, sidarthagautama merupakan satu hal yang mengandung mistik dalam agama Buddha, dimana kelahiran Buddha bukan merupakan hubungan biologis tetapi merupakan suatu hal yang tidak biasa diapahami oleh manusia itu sendiri.[13]
1.5.  Pluralis Jembatan Mistis
Pertama kita harus menyadari bahwa setiap agama memiliki cara yang berebeda-beda dalam mengakui menghayati dan mengenal Allahnya. Dalam hubungan dengan agama-agama lain teologi pluralis pertama-tama mengakui, menegaskan, merangkul perbedaan-perbedaan yang nyata dan jelas diantara tradisi agama.[14]  Pembahasan mengenai pluralisme jembatan mistis merupakan hal yang membahas mengenai segala bentuk pengungkapan, simbol yang menunjuk kepada suatu pengungkapan respon manusia kepada Allah. Secara teologis pengkajian akan pluralisme akan jembatan mistis meyakini bahwa setiap agama memiliki pandangan mistis dalam memahami doktrin agamanya. Hal ini membawa kaitan bahwa dalam memeluk suatu agama harus mengakui keberadaan atau jalan msitis agama lain dalam memahami keberadaan Allah.
                Memang harus diakui bahwa dalam berbagai segi agama-agama tidak memilki sedikitpun persamaan tetapi masing-masing agama dapat mempunyai sesuatu yang dianggap mistis. Orang yang menekankan mistis adalah orang yang merasakan pengalaman berjumpa dengan misteri. Hanya orang yang pernah mengalamilah yang bisa merasakannya. Namun semua agama memilki karakter berasama yaitu pengalaman akan pernyataan Allah yang trasenden dalam sejarah yang imanen.[15] Ada suatu keyakinan yang dipegang oleh para teolog pluralisme jembatan mistis bahwa persepsi religious yang secara historis relatif itu memusatkan perhatian pada isi dari pengalaman religious yang otentik, yaitu pada yang tak terbatas, misteri yang melampaui semua bentuk keagamaan.[16]
1.6.  Pandangan Para tokoh tentang Mistis
1.       Wilfred Cantwell Smith
Smith dikenal dengan konsep tentang penyembahan berhala. Ia mengatakan tidak seorangpun pernah menyembah berhala. Smith menggunakan pemahaman penyembahan berhala yang telah lama dipegang tradisi agama untuk mengungkapkan alasan mengapa kita membutuhkan sikap baru terhadap kepercayaan-keparcayaan lain. Menurutnya penyembahan berhala tidak menggambarkan agama lain, melainkan agama kristen sendiri. Hal ini dikemukakan melalui pemahaman mendalamnya mengenain orang-orang Hindu dalam menghormati sapi yang mereka lihat, bukan yang kita lihat. Kegagalan orang kristen untuk memahami, apalagi mengahargai apa yang berlangsung dalam kehidupan rohani komunitas-komunitas yang dilayani patung-patung adalah bagian integral dan tradisi kita. Menurutnya kesalahan itu adalah kegagalan mengakui bahwa ada sesuatu yang berlangsung secara rohani. Akibatnya, konsep-konsep yang dikembangkan telah menununjukkan keterlibatan benda-benda materi, tetapi tidak melenyapkan dimensi trasenden dan yang merupakan arti pentingnya yang utama. Pengertiannya akan konsep tentang penyembahan berhala didapkan dari studinya tentang kehidupan Hindhu. Pertama adalah upacara pratisha/pranapratisha (upacara mengundang dewa/dewi agar menempatkan kehadirannya dalam patung tersebut dan menguduskan patung itu menjadi temapat keillahian bagi para pemujannya). Kedua, Berdasarkan sebuah ayat didalam yogvaitha yang berisikan tentang ‘yang trasenden’;Engkau tidak berbentuk, bentukMu satu-satunya adalah pengetahuan kami tentang Engkau. Baginya hal ini membuktikan presepsi brilian dan sangat terang, sebuah penyataan yang secara teologis sangat tajam yang diketahuinya.[17]
2.       Stanley J. Samarthzs
Berdasarkan pemehaman samartha, dalam kehidupan keagamaan misteri dan makna saling berkaitan. Tanpa penyingkapan makna pada bagian-bagian khusus dalam sejarah atau dalam kesadaran manusia, tidak mungkin ada tanggapan manusia terhadap misteri. Sejarah agama-agama memperlihatkan bahwa tangapan-tanggapan ini banyak dan berbeda-beda dalam tradisi keagamaan tertentu. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor-faktor budaya dan sejarah. Menurutnya, dalam bergerak meninggalkan eksklusivitas dan inklusivitas, orang kristen harus tiba pada pemahaman lebih lebih jelas mengenai keunikan Yesus. Ciri Khas Yesus Kristus tidak terletak dalam klaim bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Mengangkat Yesus dalam status Allah atau membatasi Kristus kepada Yesus dari Nazaret adalah pencobaan-pencobaan yang harus dihindari. Hal ini bertujuan untuk menghindari bahaya-bahaya dan menolong dalam membangun hubungan-hubungan baru dengan sesama kita yang beriman lain. Peryataan bahwa Allah adalah pencipta seluruh kehidupan dan seluruh umat manusia, meletakkan orang kristen dan sesama umat beriman lain bersama-sama menuju pada sumber kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu Kristosentrisme tanpa Teosentrisme membawa kita kepada penyembahan berhala. Kristologi teosentrisme memberi dasar untuk mempertahankan misteri Allah, serta mengakui keberadaan Yesus Kristus. Kristologi ini memungkinkan komitmen kepada Allah di dalam Yesus Kristus tanpa mengambil sikap negatif terhadap sesama kita yang beriman lain, dan pada saat yang sama menawarkan kerangka konseptual yang lebih menyeluruh untuk mengadakan dialog dengan umat beraga lain.[18]
3.       Raymud Panikkar
Tujuan dan kebahagiaan hidup Reymund Panikkar dijalaninya diatara berbagai dunia yang luas dan berbeda-beda. Ia lahir dari ibu keturunan Spanyol yang Katolik dan ayah India yang beraga Hindu. Namun yang menjadi dasar utama studi teksnya dan perbandingan berbagai doktrin adalah pengalaman pribadi mistik yang ditekuninya dalam pengalaman pribadinnya dan yang telah diamati dan dipelajarinya dalam berbagai tradisi agama.[19] Panikkar sendiri menghimbau umat kristiani untuk meninjau ulang pemahaman tentang Yesus. Hal ini dikarenakan cara kebanyakan umat kristiani selama berabad-abad, khusnya selama masa kolonial memperlakukan Yesus sebagai “Allah suku” yang bertindak mengalahkan atau menaklukkan Allah lain. Bagi panikkar sikap ini merupakan tantangan millenium baru, yaitu mengatasi Kristologi suku dengan satu satu Kristofani yang memampukan umat kristen memahami pekerjaan Kristus dimana-mana tanpa menyangka bahwa mereka memiliki pemahaman yang baik atau memonopoli misteri yang telah dinyatakan kepada mereka melalui cara yang unik. Dengan membedah dan menyeleksi pernyataan ini, kita memperoleh beberapa unsur penting ttentang Kristofani dari Panikkar, Yaitu suatu yang memberi kesempatan bagi umat Kristus untuk bercahaya dari dalam semua agama (Chiristo-phani:Pemunculan Kristus) tanpa memberikan hak atau monopoli pada salasatu agama. Pemahaman seperti ini akan menyegarkan maupun memperbaharui berbagai keyakinan tradisionla tentang Yesus dan bersamaan dengan itu akan menghilangkan sebagian tambahan monopolistik. Berdasarkan pernyataan panikkar digambarkan bahwa Misteri tertinggi (Ultimate Mistery) itu tidak tergambarkan, semua agama dapat ikut serta dalam misteri ini serta mencerminkannya. Secara lebih mendalam, Panikkar khususnya menekankan keterbatasan penalaran. Menurutnya keterbatasan Pluralism harus dipahami bahwa tidak ada ‘satu’ yang dapat dipaksakan terhadap yang ‘banyak. Yang banyak akan selalu ada, perbedaan dan ketidaksepakatan juga akan selalu ada.[20]
4.       Seiichi Yagi
Ia mengatakan bahwa kontak primer Allah dengan manusia dan kontak diri sekunder Allah denga diri manusia, dimana kontak primer Allah adalah Allah yang telah mentakan keberadaan diriNya dalam hidup manusia, walaupun sering kali tidak disadari. Sehingga pribadi manusia menyadari akan keberadaan Allah yang merupakan kontak sekunder Allah dengan manusia.[21]
1.7.  Analisa Penyaji akan Mistis
Mistisme bukanlah gejala yang gaib dan paranormal, seperti kemampuan membaca pikiran, telepati, ataupun pengangkatan ketarif lebih tinggi. Oleh karena itu pengalaman mistik merupakan pengamatan lansung atas sesuatu yang kekal, entah dipahami dalam pengertian-pengertian yang bersifat pribadi atau hanya sekedar keadaan dari kesadaran. Atau hilangnya rasa kepribadian atau kesadaran ego dalam suatu keseluruhan yang lebih besar. Oleh karena itu pemahaman mistis yang kami pahami adalah yaitu tidak ada pengalaman rohani dari manusia itu terhadap Allah. Karena kita memahami bahwa Agama diyakini karena Allah yang menyatakan diri, oleh karena itu kita tidak memiliki hak tentunya untuk menyatakan bahwa agama lain itu salah. Karena bukanlah manusia yang menjumpai Allah, namun Allah yang menjumpai manusia karena kita tidak mengetahui perjalan Allah karena kita mahkluk terbatas tentunya. Oleh karena itulah dari plural Mistis yang menekankan bahwa Pusat utama kita bukan lagi kepada Yesulogi namun membangun Kristologi Teosentris yang kembali berpusat kepada Allah.
      II.            KESIMPULAN
Secara teologis pengkajian akan pluralisme akan jembatan mistis meyakini bahwa setiap agama memiliki pandangan mistis dalam memahami doktrin agamanya, dengan tujuan untuk memahami yang Illahi bagi setiap pemeluknya. Dan juga paham Pluralis sabagai jembatan Mistis, hal mengenai doktrin atau cara penyembahan kepada Allah dalam hal ini tidak terlalu dipersoalkan, tetapi yang terpenting kita bertemu dengan Allah.


[1] Darwin Lumbantobing, Teologi dipasar Bebas, (Pematang Siantar:L-SAPA, 2007), 275
[2] Stevril I. Lumintang, Teologi Abu-abu, (Malang: Gandum Mas, 2004), 41
[3] Syafa’atun Elmirzah, Pluralisme, konflik dan perdamaian, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2002), 7
[4] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 1265
[5] John M. Echols & Hassan Shaldily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), 389
[6] Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta:Kanisius, 2006), 278-288
[7] William Johnston, Mistik-Kristiani, (Yogyakarta: Kanisius, 1978), 29-30
[8]  David W. Shenk, Illah-illah Global (Jakarta: BPK-GM, 2003), 355
[9] Mariasusay Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 285
[10] Reynold A. Nicholson, Mistik Dalam Agama Islam, (Jakarta: Bumi Akasara, 1998), 22-23
[11]Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, 278
[12] A. G. Honing Jr, Ilmu Agama, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 134-135
[13] Harun Hadiwijono, Agama Hindhu dan Buddha, (Jakarata:BPK-GM, 2005), 64
[14] Paul F. Knitter, Satu Bumi banyak Agama:Dialog Multi Agama dan tanggung Jawab Global, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 45
[15] William Johnston, Mistik-Kristiani, 29-30
[16] Joas Adiprasetya, Mencari dasar Agama, (Jakarta:BPK-GM, 2002), 80
[17] Jonh hick&paul F. Knitter, itos keunikan agama Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2001), 83-89
[18] Stanley J. Smartha, Salib dan pelangi: Kristus dan budaya Multi agama, 
[19] Paul F. Knitter, Pengatar Teologi Agama-Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 151
[20] Paul F. Knitter, 156
[21] Seiichi Yagi, dalam john Hick & Paul F. Knitter, 182-183