By:
Wahyu Martulus Sirait
Penyataan
Allah dalam Agama-agama
II.
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Penyataan
Penyataan yaitu hal menyatakan, tindakan menyatakan.[1]
Dalam hal ini, kami penyaji menyimpulkan bahwa penyataan yaitu bagaimana Allah
menyatakan diriNya dalam setiap individu (agama-agama), yaitu supaya manusia
mengenal Allah, mengerti kehendakNya melalui pengalaman religious oleh setiap
manusia (agama-agama).
2.2
Penyataan Allah dalam Agama-agama
Manusia yang beragama adalah makhluk historis yang
mengalami suatu proses sejarah tertentu di dalam hidupnya. Di dalam agama-agamalah
manusia bisa mengalami kehadiran Allah secara imanen karena agama merupakan
sarana bagi manusia untuk dapat mengalami penyataan Allah yang Transenden dalam
sejarah imanen.[2]
Itu berarti Allah menyatakan diriNya di dalam setiap agama denga cara dan
bentuk yang berbeda dan kehadiran Allah / penyataan diriNya itu dapat dialami
oleh manusia melalui imannya karena Allah adalah satu hal yang tidak terbatas
yang mampu diterima manusia sebagai Allah yang imanen.
Penyataan Allah dalam setiap agama ialah dalam rangka
memperkenalkan diriNya sebagai Allah yang menyelamatkan semua manusia[3]
karena kita dapat mengetahui bahwa Allah sungguh-sungguh menghendaki
keselamatan manusia jika Allah sendiri yang memberitahukan kepada manusia
melalui pemberitahuan tentang diriNya. Yang dalam agama Kristen disebut “Penyataan” sedangkan dalam agama Islam
disebut “Wahyu” dan pemberitahuan inilah yang merupakan penyataan Allah tentang
diriNya kepada setiap agama dan dengan penyataan inilah setiap agama memiliki
kepercayaan di dalam kehidupan beragamanya. Dengan demikian secara umum
penyataan Allah di dalam setiap agama merupakan pemberitahuan Allah tentang
siapa diriNya dan apa saja yang dilakukan terhadap manusia dan menyelamatkan
manusia dari suatu sejarahnya sebagai ciptaan yang berdosa. Sehingga dengan
pemberitahuan ini, manusia bisa merasakan kehadiran Allah di dalam kehidupan
melalui pengalaman religiusnya di dalam agamanya.
2.3
Penyataan Allah di dalam Kepluralisme –an Agama
Menurut Ernst Troeltsch yang memulai refleksi teologisnya
dalam upaya mengatasi konflik besar antara relativisme historis dan kemutlakan
kristiani yang titik awalnya bermula dari pemahaman tentang bagaimana Allah
menyatakan diriNya dalam sejarah manusia.[4]
Salah satu yang membangun pluralisme agama ialah penyataan Allah, hal ini
beranjak dari pernyataan andaikata agama diturunkan Tuhan hanya satu.[5]
Dengan kata lain andaikata Tuhan menyatakan diri atau kehendakNya hanya melalui
satu saluran saja maka tidak ada banyak agama, yang pada kenyataannya ada banyak
agama di dunia yang juga memiliki berbagai bentuk penyataan Allah yang
berbeda-beda di setiap agama.
Penyataan Allah di dalam Pluralisme menurut John Hick
bisa didiami melalui tiga jembatan Pluralisme yaitu Historis, Mistis dan Etis-Praktis. Sehingga dalam hal ini bukan
persamaan atau perbedaan yang ingin dicapai tetapi bagaimana manusia itu bisa
mengalami atau merasakan kehadiran Allah dalam penyataanNya melalui sejarah
keagamaan dari keyakinan agama yang relatif (historis), melalui pengalaman yang
misteri akan kehadiran Allah yang menyatakan diriNya dalam setiap diri manusia
dan melalui kesadaran akan kebenaran relatif yang dibangun oleh teologi
pembebasan agama-agama yang berpusat kepada kebenaran yang absolut dan pada
kebenaran akan kehadiran Allah (Etis-Praktis).
Jadi yang ingin dicapai dalam Pluralisme agama ialah
bagaiman Allah menyatakan diriNya dalam setiap agama-agama untuk menyingkapkan
karyaNya secara berbeda-beda yang disesuaikan dengan kepercayaan agama itu
sendiri sehingga dapat dirasakan / dialami oleh setiap pemeluk agama sesuai
dengan agamanya masing-masing.
2.4
Bentuk-bentuk Penyataan Allah Dalam Agama-agama
Setiap agama mempunyai cara-cara tersendiri dalam
memahami, menginterpretasikan dan menyampaikan keselamatan kepada manusia yang
merupakan inti pemberitaan dalam agama-agama. Keselamatan yang dimaksud dan
diharapkan tidak saja membawa kesejahteraan bagi para penganutnya sesudah yang
bersangkutan meninggal dunia, tetapi bermanfaat dan membantu berkat bagi
kehidupan suatu masyarakat sekarang.[6]
2.4.1. Agama Kristen
Dalam studi teologi (Dogmatika), ada dua penyataan yang
dikenal dalam agama Kristen yakni penyataan umum (General Revelation) dan
Penyataan Khusus (Special Revelation).
Ø Penyataan Umum
Allah
bertujuan untuk agar manusia mengenal Allah, mengerti kehendakNya, mengabdikan
diri kepada Dia dan tahu mempergunakan semua ciptaan Allah untuk memuliakan
Allah.
Penyataan
umum mempunyai 2 modus berdasarkan pembuktian Alkitab yaitu:
-
Modus penyataan Natural yakni
dikomunikasikan melalui alam semesta. Artinya Allah menyatakan diri melalui
ciptaan, hukum, dan kekuatan alamnya.
-
Modus penyataan Supranatural yaitu
dikomunikasikan kepada manusia dengan cara supranatural seperti Tuhan berbicara
kepada manusia baik secara langsung maupun melalui perantaraan utusan Allah
yang telah dipakai secara supranatural, penampakan diri Allah secara langsung
(Theopani).
Ø Penyataan Khusus
Karena
alam raya telah dirusakkan oleh dosa, maka penyataan umum tidak lagi memadai
untuk membawa manusia dalam pengenalan akan Allah dan manusia membutuhkan
penyataan lain yang secara teologis disebut penyataan khusus. Tujuan penyataan
khusus adalah agar melalui pengenalan dan persekutuan antara manusia dengan
khaliknya, Allahpun dimuliakan (Roma 11:36); Allah mewujudkan maksud
penebusanNya kepada umatNya dan membawa umatNya untuk berada dalam kemuliaan
bersama Dia. Hal ini berarti bahwa pengenalan akan Allah dalam diri Yesus
Kristus semakin jelas dalam penyataan khusus. Dan melalui penyataan khusus ini
manusia diperdamaikan dengan Allah bagi setiap orang yang meresponinya.
Sehingga dapatlah dikatakan bahwa penyataan khusus ada dalam diri Yesus
Kristus.[7]
2.4.2. Agama Islam
Jika bagi umat
Kristen pusat penyataan Allah adalah Yesus Kristus sedangkan bagi kaum Muslim
Al-Quran tersendiri adalah penyataan-penyataan terakhir yang paling lengkap dan
yang telah diberikan Allah kepada manusia yang ororitsnya tidak dapat
dipertanyakan. Tiga tema yang menjadi inti Wahyu alam Al-Quran adalah penolakan
terhadap berhala, kritik terhadap ketidakadilan sosial, terutama kesenjangan
antara orang kaya dan orang miskin dan kedatangan hari penghakiman.
Secara eksplisit Al-Quran menolak setiap penyataan bahwa
Allah memiliki Anak, serta menolak setia penyataan mengenai irkarnasi Ilahi
dalam dunia. Bagi kaum Muslim, Al-Quran secara langsung merupakan firman Allah
yang diwahyukan dan tidak dikontekstualisasikan ataupun direlativisasikan
dengan cara apapun. Al-Quran berasal dari Ilahi sehingga kaum Muslim harus
menerimanya bukan menafsirkannya atau mengkritisinya.[8]
Al-Quran memperlihatkan bahwa Islam sebagai jalan yang
benar untuk mengikuti kehendak Allah, di luar itu tidak ada keselamatan (Qs
3:85). Inti Islam adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah sehingga
setiap orang yang berserah diri secara harafiah adalah Islam.
2.4.3. Agama Hindu
Hinduisme adalah agama etnis yang amat kuat yang mengakui
otoritas Veda sebagai pentaan atau wahyu Ilahi. Secara Historis, Hinduisme
bersikap inklusif terhadap bermacam-macam keyakinan sehingga tidak ada cara tunggal
dalam menafsirkan penyataan Veda.
Agama Hindu membedakan 2 macam Kitab Suci, yaitu:
Ø Shruti: Yang didengar
Ada
4 mahzab utama yang didasarkan pada kedudukan berbagai tokoh dalam
pengorbanan-pengorbanan ritual.
-
Rig Veda : Himne yang berasal dari mereka
yang membawakan himne-himne tersebut.
-
Yajur Veda : Berisi rumusan pengorbanan
berasal dari para imam yang melaksanakan ritual
-
Sama Veda : Kumpulan nyanyian
-
Atharva : Berasal dari mereka yang
memusatkan perhatian pada kebutuhan konkrit manusia seperti kesehatan, dan
berisi mantera-mantera dan magis.[9]
Veda
itu semula diteruskan secara lisan sehingga teksnya disebut Shruti artinya hal
yang didengar. Veda itu kekal, tidak berawal dan berakhir. Veda hadir melalui
perjalanan manusia, melalui para Rishi, para Pelihat yang telah menyucikan
kesadarannya dan melihat kebenaran firman ilahi yang kekal. Firman itu sebagai
sesuatu yang impersonal, suci dipenuhi kuasa ilahi, dan merupakan prinsip
kehidupan universal, energi yang membentuk kosmos dan kehidupan manusia.
Ø Smrti
: Yang diingat
Pada
prinsipnya memiliki otoritas yang lebih rendah meskipun dalam prakteknya sering
kali memainkan peranan yang besar dalam umat hindu. Smrti menurut kepada
tradisi penafsiran Shruti yang lebih kemudian menyajikan kebenaran penyataan dalam
bentuk yang lebih mudah dijangkau masyarakat luas. Diantara karya-karya ini adalah Sutra :
Tanda-tanda yang digunakan untuk mudah menghapal, kitab-kitab hukum, Purama.
2.4.4. Agama Budha
Budhisme adalah satu-satunya agama besar dunia yang tidak
mengklaim sebagai agama yang didasarkan kepada penyataan atau wahyu yang
berasal dari Allah. Sidharta Gautama yang menjadi Budha melalui pencerahan,
tidak memperkenalkan dirinya sebagai nabi yang telah menerima pesan Ilahi,
melainkan sebagai penunjuk jalan yang telah menemukan jalan menuju kebebasan
dan penderitaan. Wawasan Budha yang membebaskan merupakan pusat kehidupan umat
Budha. Sang Budha telah mengungkapkan hikmat yang ditemukan dalam 4 kebenaran
dunia itu adalah:
- Penderitaan adalah pengalaman universal umat manusia
- Keinginan bereksistensi adalah penyebab penderitaan
- Penderitaan berhenti ketika keinginan itu berhenti
- Ada 8 jalan yang membawa ke perhentian penderitaan yakni: Kepercayaan yang benar, aspirasi yang benar, uacapan yang benar, perbuatan yang benar, cara mencari nafkah yang benar, perhatian yang benar, meditasi yang benar.[10]
Delapan
jalan kebenaran tersebut dibagi dalam 3 macam latihan yakni moralitas, meditasi
dan kebijaksanaan. Umat Budha memandang kemanusiaan sebagai bagian integral
dari keseluruhan kosmos, dank arena itu konteks pengalaman mengenai kemanusiaan
adalah saling ketergantungan dari seluruh semesta. Manusia memiliki tempat
istimewa dalam kosmoms tersebut karena diri sendiri dapat melarikan diri dari
kelahiran kembali dan penderitaan. Dan karena itu sekalipun tidak ada
kepercayaan terhadap penyataan Ilahi para praktis meditasi Budha mempercayai
bahwa kebenaran akan menyatakan diri jika ada waktu yang cukup, ada struktur
meditasi dan latihan moral yang tepat.
2.5. Model-model Penyataan Allah
Avery
Dulles melihat ada beberapa model penyataan atau wahyu yaitu[11]:
- Tipologi Proposional
Model
proposional ini adalah penilaian terhadap agama-agama yang berfokus kepada
pertanyaan bagaimana mereka dapat menerima perbandingan kebenaran yang
dinyatakan dalam berbagai cara melainkan melalui penyataan alkitabiah. Hal ini
diungkapkan oleh kelompok-kelompok evangelish particular dan neo scholastik
Katholik. Menurut mereka bahwa Allah menghendaki diriNya dikenal setiap orang
melalui penyataan umum yang diberikan kepada setiap agama tetapi penyataan itu
tidak menyelamatkan, melainkan hal ini dipandang sebagai suatu jawaban terhadap
wahyu Allah.
- Penyataan sebagai Sejarah
Penyataan
sebagai sejarah dilihat dalam 2 bentuk yakni sejarah keselamatan dan sejarah
umum. Oscar Cullman memberi contoh mengenai sejarah keselamatan pada awalnya
bersifat umum kemudian menjadi khusus dalam Yesus Kristus yang didalamnya
penyataan itu meluas dan keluar dari pusat yakni Yesus. Sedangkan Jean Danieloo
berkata bahwa ada kemungkinan bagi agama-agama untuk memperoleh wahyu/
penyataan yang dilihat dari kitab suci orang-orang yang berada dalam sejarah
keselamatan. Pannerberg menyumbangkan pemikiran bahwa penyataan dalam sejarah
ini beranjak dari penyataan Allah kepada semua bangsa namun penyataan Allah
yang Esa hanya terjadi dalam Yesus Kristus karena di dalam Dia yang Ilahi masuk
ke dalam lingkaran sejarah.
- Penyataan sebagai Pengalaman
Semua
agama didasari oleh pengalaman religius yang berbeda. Dalam kaitan ini bukan
karena adanya perbedaan pengalaman itu tetapi karena adanya perbedaan
melambangkan penyataan yang sama. Menurut Paul Tillich bahwa pengalaman
pewahyuan itu hadir dalam setiap agama karena penyataan itu bersifat Esa dan
Ilahi tetapi manusia yang manusia membentuk dalam cara, sistem yang berbeda.
- Penyataan sebagai Dialektika
Menurut
para pakar Teologi yang diwakili Karl Barth menyatakan bahwa agama yang benar
dapat diselamatkan seperti emas yang dimurnikan melalui Kristus sebagai Sabda
Allah yang satu-satunya merupakan norma yang tertinggi dan hakim atas semua
Theologia dan usaha manusia untuk mengerti akan penyataan Allah.
- Penyataan sebagai Kesadaran Baru
Penyataan
adalah kesadaran baru yang beranjak dari pemahaman bahwa wahyu ada dalam
kesadaran manusia dari dahulu sampai sekarang. Dalam hal ini penyataan dilihat
sebagai suatu panggilan ilahi yang melampaui perspektif-perspektif ini. Dimana
penyataan Allah berkorelasi dengan situasi aktual sehingga dalam periode
sejarah, penyataan muncul dalam kesadaran baru yang tidak terbatas.
2.6
Pandangan para Tokoh-tokoh terhadap Penyataan Allah dalam Agama-agama
a. Johannes B. Lotz SJ.
Wahyu Kristen dipahami dalam konteks hubungan timbale
balik dengan pengalaman religius manusia, Allah tidak pernah menyatakan diri
dalam konteks yang melampaui pengalaman manusia. Maka paham tentang wahyu
agama-agama lain-Gereja, diakui ialah pengalaman religius manusia. Kebenaran
wahyu dalam agama-agama lain diakui sebagai yang mengalir dan tidak terpisah
dari pengalaman religius para penganutnya.[12]
Yang artinya setiap orang (individu) yang menganut agama memancarkan kebenaran
Allah kepada setiap orang yang adalah pewartaan diri Allah.
b. Emil Bruner
Emil Bruner membedakan dua penyataan Allah, yaitu
penyataan Allah dalam alam, dan penyataan Allah dalam Kristus. Dalam hal ini
Bruner menekankan peranan kata hati dan sejarah manusia dalam penyataan.
Artinya Allah menyatakan diriNya melalui kata hati da sejarah manusia dan hal
ini terbukti dengan adanya potensi moral pada diri manusia.[13]
Dalam hal ini, yang mau disampaikan Bruner yaitu bahwa manusia sulit untuk
berbuat baik tanpa kuasa Tuhan di dalam diri manusia, maka Allah menyatakan
diri melalui suara hati setiap orang, terlepas darimana agamanya.
c. choan-Cheng Song[14]
Song menunjukkan bahwa Allah Israel identik dengan Allah
Cina, dan kemudian menindak lanjuti dengan pembahasan identifikasi Kristus
dengan agama Budha. Hal menerangkan penyataan Allah bukanlah monopoli Kristen
saja. Dalam hal ini Song menunjukkan paling sedikit ada lima kesamaan antara
Budha dan Kristen, yakni:
-
Konsep
Penderitaan. Ia mengkawinkan konsep mengenai
penderitaan agama Kristen dengan Budha. Yesus mengawali misi penebusan dengan
penderitaan, Yesus mati oleh karena dan di dalam penderitaan. Begitu juga
dengan Budha yang mendapat pencerahan pada waktu melihat orang-orang yang
menderita.
-
Adanya
Kesamaan Roh. Roh yang mengobarkan belas kasihan di
hati Budha karena penderitaan manusia adalah roh yang sama membuka mata
orang-orang Kristen kepada Yesus Kristus, Firman itu menjadi daging.
-
Kesamaan
Sebagai Adanya Keselamatan. Yaitu Budhisme, seperti
kekristenan, adalah suatu agama keselamatan.
-
Kesamaan
Akulturasi
-
Kesamaan
Kristus dan Budha. Keduanya memiliki kuasa kasih yang telah
mematahkan kuasa penderitaan karma.
d. D. C. Mulder
Mulder mengatakan makanan dan kegembiraan itu adalah
keselamatan (Syaloom) yang sangat berharga bagi umat manusia, kalau Tuhan
berkenan mengaruniakan keselamatan itu kepada manusia, alangkah perlunya
manusia mencari kebaikan bagi sesamanya.[15]
Dalam hal ini, Mulder mengatakan bahwa Tuhan tidak hanya memelihara manusia,
tetapi juga menyatakan diriNya kepada manusia (agama-agama lain). Penyataan itu
dari berbagai kewajiban, seperti menurunkan hujan, memberikan musim-musim
subur, memuaskan hati dengan makanan dan kegembiraan.
e. Cavin D’Costa
Menurut Cavin bahwa Doktrin Tritunggal tentang Allah
mempermudah tanggapan yang secara autentik Kristen terhadap agama dunia, karena
doktrin tersebut sungguh-sungguh menganggapi Partikularitas-partikularitas
sejarah.hal ini berupaya mengukuhkan bahwa telah menyingkapkan diriNya dalam
peristiwa dan partikularitas Pribadi Yesus.Oleh karena itu, melalui Kristuslah
kita menjumpai Allah Tritunggal, yang membuat dirinya dikenal sebagaimana
adanya. Sebagai misteri tertinggi dan penuh kemurahan (Allah Bapa), dalam
firman yang menjadi manusia (Anak) serta dalam kehadiran Allah yang menetap,
profetis dan menguduskan (Roh). Pemahaman Trinitas yang Kristosentris ini
dengan demikian memudahkan keterbukaan terhadap agama-agama dunia, karena
aktivitas Roh tidak dapat dibatasi dalam kekristenan.[16]
[1] ………KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), 790
[2] Joas, Adiprasetyo, Mencari Dasar Bersama, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 75
[3] A.A. Yewangoe, Iman, Agama dan Masyarakat dalam Negara Pancasila, (Jakarta:
BPK-GM, 2002), 25
[4] Joas Adiprasetyo, Mencari Dasar Bersama, 74
[5] A.A. Yemangoe, Iman, Agama dan Masyarakat dalam Negara Pancasila, 22
[6] Ibid, 2
[7] Stevri. I. Lumintang, Theologi Abu-abu, (Malang: Gandum-Mas, 2004), 644
[8] Leo D. Lefebure, Pernyataan Allah, Agama dan Kekerasan, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 152
[9] Ibid, 220
[10] David W. Shenk, Ilah-ilah Global, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 130
[11] Avery Dulles, Models of revelation, Double day & Company, (Garden City:New
York, 1983), 177-192
[12] F.X.E. Armada Riyanto, Dialog agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 93-94
[13] Stevri I. Lumitang, Theologi Abu-abu, 647
[14] Ibid,
354-355
[15] A.A. Yewangoe, Agama-agama dan Kekerasan, (Jakarta: BPK-GM, 2001), 76
[16] Cavin D’ Costa, Mempertahankan Kembali Keunikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK-GM,
2002), 76