Buruan Hubungi nomor diatas demi kenyamanan anda dalam membangun, TERJAMIN, TERPERCAYA, dan TERJANGKAU!!!!!!
Dan kami juga menerima pesanan via e-mail. silahkan contact person:
sirait_ebed@yahoo.com,
wahyusirait@gmail.com
serbaserbi
Tuesday, January 27, 2015
Wednesday, November 6, 2013
Teologi PL II
IBLIS (SETAN) DALAM
PERJANJIAN LAMA
I. II.
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Setan (Iblis)
Dalam
kamus besar bahsa Indonesia, Iblis adalah mahkluk halus yang selalu berupaya
menyesatkan manusia dari petunjuk Tuhan. Dalam bahasa Ibrani disebut dengan
nama( שטן)”Satan” sedangkan dalam bahasa Yunani
juga disebut sebagai “Satanas (Σατανας)” yang arti dasarnya “lawan” atau disebut juga “Diabolos”
yang artinya “pendakwa” atau lawan
(Bil 22:22). Setan atau Iblis adalah personifikasi dari apa yang jahat dan
dalam alkitab disebutkan sebagai musuh Allah.[1]
Dalam buku “Dictionary of Theology”
Iblis adalah Suatu makhluk yang tidak sempurna moralnya yang sering disebut
sebagai roh jahat. Dalam Kitab Ayub dikatakan
bahwa Iblis muncul dihairat Tuhan diantara anak-anak Tuhan. Ia membujuk Daud
Untuk menghitung jumlah rakyatnya (1 Tawarikh 21:1), ia berdirih disebelah
kanan Yosua, imam agung dan mendakwa Yosua sehingga menimbulkan amarah Tuhan
(Za 3:1), bagi pemazmur adalah bencana jika iblis berdiri disebelah kanan
seseorang (Maz 109:6).[2] Dengan
arti lain iblis adalah lawan atau musuh Allah dan juga musuh manusia.
2.2.
Latar belakang Iblis (Setan)
Iblis
merupakan cerita di dalam alkitab yang aneh dan hampir tidak bisa dipercaya,
meskipun Alkitab tidak menjelaskan kejadian itu secara terperinci, namun ada
ayat-ayat yang memberi sinar terang pada misteri ini. Penciptaan terjadi lama
sekali pada masa yang lampau. Yang terpenting di dalam penciptaan ini adalah
Allah sebagai pencipta itu sudah ada, Ia adalah Allah yang tidak pernah
diciptakan karena Ia sudah ada sejak awal dan akhir, kekal dan abadi. Lama
sebelum Penciptaan Allah telah menciptakan para pesuruh-pesuruhNya untuk
mengawasi seluruh CiptaanNya. Pesuruh Allah tersebut disebut “άγγελοϛ” yang
artinya malaikat atau pesuruh (Mal 3:1). Malaikat-malaikat
ini mengambil wujud jasmaniah yang pada hakekatnya adalah makhluk Rohani atau
roh yang melayani (Ibr 1:4). Serta makhluk yang yang tak berjasad yang tidak
bisa kawin dan dikawinkan (Mat 22:30) mereka adalah roh-roh yang diciptakan dan
bersifat terbatas. Akal dan kuasa mereka jelas melebihi yang dimiliki oleh
manusia, Pemazmur mengatakan bahwa mereka adalah pahlawan-pahlawan perkasa (Maz
103:20). Allah pada awalnya menciptakan segala sesuatu sangat baik, sementara
Iblis barasal dari malaikat yang memberontak kapada Allah (Yeh 28:13-17).[3] Alkitab
kita berbicara tentang malaikat-malaikat yang baik dan kudus (Mar 8:38) serta
malaikat yang tidak taat (Yud 1:6). Malaikat yang baik digambarkan sebagai
tentara Allah yang senantiasa siap untuk menaati FirmanNya. Mereka melaksanakan
Firmannya dengan mendengarkan suaraNya (Mzm 103:20). Para Malaikat yang
memberontak dan tidak melakukan firmanNya serta tidak mendengarkan perintahNya
akan jatuh kedalam Dosa, kemudian mereka berwujud sebagai lawan, musuh dan
pemberontak yang disebut dengan Iblis, yang mewujudkan suatu kuasa yang
berusaha merusak karya-karya Allah. Sehingga dari hal tersebut dapat kita
ketahui bahwa iblis itu berasal dari malaikat Allah yang memberontak dari pada
perintah dan kebenaran Allah. Dalam arti malaikat-malaikat Tuhan yang merasa
sombong, melalaikan dan mengabaikan tugas mereka sebagai pesuruh Allah (Yeh
28:1-19), sehingga mereka menjadi jahat dimata Allah, malaikat jahat ini sering
disebut dengan istilah pada masa kini Lusifer.[4]
2.3.
Sebutan atau Julukan Iblis
Iblis
dalam pekerjannya dan kuasanya memiliki banyak sebutan atau julukan terkhusus
dalam perjanjian Lama, antara lain: Iblis (Pemfitnah), Belial (yang tidak
berguna/ yang jahat) (Yeh 9:3). Syaitan (ayub 1:6-7). Dewa lalat di Ekron (2
Raj 1:2), Pendakwa (Za 3:1).[5]
2.4.
Sifat dan karakter Iblis
Dalam
tujuan iblis yang misterius dan keji itu, dia mempunyai rencana untuk
membunyikan sebanyak mungkin sifat dirinya sendiri ataupun sifat
pengikut-pengikutnya dari manusia, sehingga kemajuan dan serangannya bisa
diselengarakan secara rahasia. Ia ingin tujuan perbuatan salahnya tidak
terlihat juga perbuatan-perbuatan dan tipu dayanya dilakukan sepenuhnya secara
tersembunyi. Tetapi ajaran Alkitab tentang sifat iblis jelas, terang-terangan
dan cukup memadai. Iblis dan para pengikutnya sebagai makhluk roh yang tidak
mempunyai tubuh yang tidak dapat dilihat, tetapi iblis sungguh-sungguh ada.
Iblis diciptakan sebagai pribadi dan digambarkan sebagai makhluk yang cerdik.
Kepandaian dan kelicikan iblis sangat membingungkan manusia. Alkitab menyatakan
Iblis beserta pengikut-pengikutnya seperti setan, percaya akan Allah serta
mereka gemetar dihadapannya (Yak 2:19). Tatapi kepandaian mereka dipergunakan
untuk menggagalkan maksud dan tujuan Allah, untuk memajukan maksud-maksud iblis
yang cemar dan yang dilarang oleh Allah.[6]
2.5.Aktivitas
Iblis (Setan)
Telah
kita ketahui bahwa iblis adalah musuh bagi Allah, maka ia selalu berusaha
menyebarkan kejahatan di siantero bumi ini (Mat 13). Iblis juga membujuk untuk
melakukan dosa (1 Tawarikh 21:1).[7]
Iblis juga sebagai Roh jahat juga kepribadian yang tak henti-hentinya menentang
dan terus berupaya membelokkan kehendak Allah. Ini dilukiskan dalam godaan
terhadap Adam dan Hawa di taman Eden dan godaan terhadap Ayub serta
kejadian-kejadian lainnya. Iblis juga melaksanakan rencana Allah sekalipun hal
itu tidak mereka inginkan (1 Raj 22:23; 1 Kor 5:5), Iblis juga pemberontak dan
pemimpin atas segala kejahatan.[8]
2.6.Tujuan
Iblis (setan)
Ambisi
penghulu setan tidak mungkin dipisahkan dari para pengikutnya. Ingatlah bahwa
Iblis rupa-rupanya Raja Setan (Mat 12:56), dengan kerajaan yang terdiri dari
pada pengikutnya, Kita harus ingat juga bahwa ceita pemberontakan setan
berkisar sekitar huru-hara Iblis melawan Allah yang Maha Tinggi (Yes 14:12-17).
Tujuan dari serangan Iblis adalah kabar baik harus dirusak dan disembunyikan.
Iblis mempunyai keinginan yang berkobar-kobar untuk dipuja-puja, hal ini
terlihat nyata dalam hal ia memberontak melawan Allah (Yes 14:13,14). Dalam hal
ini ia mencobai nenek moyang kita yang pertama di taman Eden (Kej 3:5).[9]
2.7.Startegi
Iblis (setan)
Di
dalam aktivitasnya, iblis tidak pernah merasa bosan menjauhkan manusia dari
Allah. Strategi iblis pertama sekali dilaksanakannya kepada manusia pertama di
Taman Eden. Sehingga terjadi permusuhan
antara manusia dengan manusia (Kej 3:15a). Oleh karena itu ada beberapa hal
yang perlu kita perhatikan dalam strategi iblis berikut ini:
1. Terus
menghasut manusia untuk berbuat dosa (Kej 3:18)
2. Menggoda
manusia untuk berbuat dosa (Kej 4:7)
2.8.
Setan (Iblis) dalm Perjanjian Lama
Di
dalam Perjanjian Lama sangat jelas sekali peran Iblis mulai perannya di Taman
Eden hingga godaanya terhadap Ayub. Selain itu
iblis di dalam perannya terhadap kegiatan yang lain yang diceritakan dalam
perjanjian lama, seperti peringatan keras terhadap spritisme berulang-ulang
diulas terhadap mereka yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal
(Im 19:31; 20:6; Ul 18:9-21; Yes 8:19; 19:3). Para ahli sihir dan ahli nujum
yang mengunakan roh-roh diancam hukuman mati oleh taurat Musa. Mereka meramal
dengan bantuan-bantuan roh-roh jahat. Orang yang dalam PL disebut memiliki roh
Peramal cocok disebut perewangan atau medium dalam spritisme modern. Selain
menunjuk kepada mereka yang berpaling kepada arwah-arwah, PL juga menunjuk
kepada kejahatan iblis pada umumnya. Kata “Jin”pada
Yesaya 13:21 dan 34:14, dalam bahasa Ibraninya berarti makhluk “yang berbulu, seekor kambing jantan. Dalam bahsa
Yunani diterjemahkan daimon (iblis).
Barang kali makhluk ini dengan banyak cara dipakai bagi penjelmaan roh-roh
jahat atau dihubungkan dengan Pemujaan Iblis.
Kata
yang sama juga muncul dalam Imamat 17:7 “ Korban... Kepada Jin-jin” dan II
Tawarikh 11:15, Yerobeam... mengangkat bagi dirinya imam-imam untuk bukit-bukit
pengorbanan untuk jin-jin. Katan ini dalam ulangan 32:17 diterjemahkan roh-roh
jahat atau Iblis. Demikian halnya dengan Mazmur 106:37, mereka mengorbankan
anak laki-laki mereka dan anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat. Roh-roh jahat dalam
kedua bagian PL ini dalam Septuaginta diterjemahkan sebagai Iblis. Terjemahan
Mazmur 96:5 dan Mazmur 106:37 dalam septuaginta, jika dilihat dalam terang 1
Kor 8:4-6 merupakan hal yang sangat penting.
Karena siapa yang berani berkata bahwa pemujaan terhadap berhala-berhala
modern pada kenyataanya bukanlah pemujaan terhadap iblis? Bukankah penyembahan
berhala masih tetap merupakan alat-alat Iblis, yang berusaha membelokkan
kepadanya pemujaan yang sebenarnya yang merupakan adalah milik Allah?
Penyembahan berhala dalam berbagai bentuk yang nyata yang terdapat diantara
beberapa bangsa, ada hubungannya secara misterius dengan penjelmaan roh-roh
jahat. [10]
Sehingga kita dapat mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama ini, Iblis di
istilahkan sebagai roh-roh jahat yang menuntut manusia untuk taat dan tunduk
kepadanya (kepada iblis).
2.9.Hubungan
dan pengaruh Iblis terhadap kehidupan manusia terkhusus menurut kitab Ayub
Kitab
Ayub mempunyai Thema yaitu “Persoalan
penderitaan manusia yang saleh”. Kebebasan Allah ini mesti ditekankan baik
itu Ayub maupun sahabat-sahabatnya betul-betul dibingungkan oleh kebebasan Allah.
Sahabat-sahabat Ayub mengira bahwa penderitaan itu selalu dan hanya merupakan
tanda hukum Allah. Kitab Ayub memperkenalkan Allah yang bebas bertindak secara
mengejutkan, Ia bebas mengizinkan ujian yang dilakukan Iblis dan tidak
memberitahukan apa-apa tentang hal itu kepada orang yang diuji. Ia bebas
mengatur waktu kapan dan bagaimana cara Ia akan campur tangan. Sehingga kita
boleh melihat bahwa kitab Ayub mengajarkan, Dialah Tuhan dan Ia membuat
pilihanNyan sendiri. Sehingga manusia hanya dapat menemukan kebebasan jika
mereka mengenal Allah. [11]
Oleh karena itu kehendak Allah tidak bisa dipengaruhi dan terikat oleh kehendak
manusia, karena Allah yang Mahatinggi dan yang Maha Kuasa diatas segala
ciptaanya.
Salah
satu acuan yang paling awal mengenai Iblis adalah penampilannya dalam pembukaan
kitab ini (1 Taw 21:1 Zak 3:1). Iblis memperoleh izin masuk kehadapan Allah,
namun tunduk kepada kuasa-Nya yang tertinggi. Tujuan iblis sangat membahayakan,
ia mewakili pertikaian dan kehendak jahat. Sehingga satu segi peranan Iblis
dalam kitab Ayub, Dia adalah makhluk ciptaan Allah, namun merupakan lawan dari
kehendak Allah (Mat 4:1-11), ia berusaha menggoda umat Allah secara jasmani (2
Kor 12:7), Maupun rohani (2 Kor 11:14). Ia telah dikalahkan oleh ketaatan
Kristus dan akan lenyap Pada Akhirnya (Why 20:2,7,10). Kita dapat melihat bahwa
strategi iblis tidak untuk menggoda Ayub melakukan dosa-dosa seprti perzinahan,
kecurangan, korupsi dan lain sebagainya, melainkan mencobainya ke arah dosa
yang paling hebat yakni ketidak taatan kepada Allah.
Dalam
Kitab Ayub dikatakan bahwa iblis hanya dapat mencobai Ayub sejauh Allah
mengijinkannya (Ayub 1:8, 2:3). Artinya bahwa iblis berperan hanya sebagai yang
tunduk kepada hak daulat Allah. Setelah merampas segala kekayaan dan kebahagiaan
duniawi Ayub, iblis disingkirkan begitu saja, sehingga pada akhir ceritra tidak
disebutkan lagi. [12]
Dalam
Kitab Ayub ini ada beberapa hal yang sangat penting dari keterangan-keterangan
tentang Iblis yang terselubung di dalam
tindakaknya tersebut kepada manusia, yaitu:[13]
1. Hati
yang gelap-gulita itu merupakan sebuah kitab yang terbuka dihadapan Allah, “Apakah
engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?” demikianlah pertanyaan Tuhan kepada Iblis.
Sepintas kita perhatikan bahwa pertanyaan ini kedengarannya mengolok-olokkan
atau menentang Iblis. Tetapis sebenarnya tidak, Allah tahu terlebih dahulu
rencana jahat yang tersembunyi dalam hati iblis dan sebelumnya bertanya dari
manakah engkau? Ia tahu pula, bahwa iblis datang dari perjalanan mengelilingi
dan menjelajahi bumi. Tuhan mengajukan pertanyaan itu bukan karena Allah belum
tahu, melainkan memaksa pengakuan Iblis. Dari jawaban Iblis Atas pertanyaan
Allah menunjukkan bahwa Ia sudah melakukan segala tipu daya nya untuk menyerang
Ayub. Hanya saja tipu daya Iblis tidak berhasil sebab Ayub sangat dilindungi
Tuhan.
2. Iblis
berdiri dibelakang kejahatan didunia ini, hal ini dapat kita lihat juga ketika
ia ditanya, dari manakah engkau? Ia menjawab dari perjalanan mengelilingi dan
menjelajahi Bumi. Nyata jelas bahwa iblis mempunyai kegiatan istimewah terhadap
bumi kita ini. Kata “mengelilingi” dan “menjelajahi” itu menunjukkan bahwa
hatinya tidak nyaman, dan berisi banyak niat jahat. Oleh karena itu iblis
adalah penghulu dunia ini, ia menyebabkan orang-orang yang tidak menaruh iman
kepada Tuhan menjadi Buta mata hati mereka. Oleh karena itu kita harus sadar bahwa
segala kejahatan di dunia ini adalah bersumber pada kegelapan iblis.
3. Iblis
tidak dapat berbuat sesuatu apapun jika Tuhan tidak mengijinkannya (ayb 38:11)
2.10.
Jenis-jenis Praktek
Kuasa Kegelapan Pada Masa sekarang (Okultisme)
Sepanjang
sejarah yang dicatat dalam Alkitab, iblis merupakan suatu oknum yang selalu
bergerak dan bekerja untuk mempengaruhi Manusia. Alkitab menunjukan dengan
jelas mulai dari zaman Adam sampai saat ini, pekerjaan iblis selalu
dilakukannya dengan berbagai praktek dan aktifitas yyang telah menghancurkan
kehidupan manusia khususnya dengan praktek okultisme. Ketika Iblis
menghancurkan manusia, biasanya yang dihancurkan adalah tubuh, roh, dan jiwa
(Mark 1:23-27).[14]
Untuk pemahaman yang lebih jelas berikut ini kita akan melihat pengertian
satu-persatu dari jenis okultisme:
1.
Spritisme
Spritisme
adalah praktek okultisme yang didasarkan pada keyakinan bahwa orang yang sudah
mati dapat berhubungan dengan orang yang hidup dan sebaliknya juga.
Bentuk-bentuk kontak tersebut dilakukan melalui jalangkung, kuda kapang, kapur
yang menulis sendir dan lain sebagainya.
2.
Ilmu Ramal
Praktek
ramal sangat populer dikalangan masyarakat pada masa kini, sehingga orang
Kristen mulai lalai dan lupa bahwa praktek lamaran itu merupakan suatu bentuk
.dari praktek kuasa kegelapan. Dalam hal ini tidak sedikit orang kristen ikut
ambil bagian didalamnya, khususnya para pemuda-pemudi. Ramalan muncul dari
berbagai bentuk yang berusaha mengetahui nasib manusia pada waktu mendatang.
a. Tenung
Ilmu
Tenung adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui nasib manusia pada masa
mendatang. Ilmu ini sering dugunakan untuk mencari sesuatu yang tentang masa
depan atau mencari petunjuk tentang sesuatu hal. Istilah tenung atau mantik
berasal dari bahasa Yunani “μαντευομαί” artinya meramalkan dan memberi
petunjuk-petunjuk. Dalam ilmu Tenung ini orang bukan mencari kesaktian, namun
orang mencari pengetahuan yang istimewa.[15]
Dalam Alkitab juga bahwa ada banyak bangsa-bangsa yang terlibat dalam Tenung,
contoh dalam kitab Torah Musa mencatat “sebab bangsa-bangsa yang didaerahnya
akan kau duduki ini mendengarkan kepada peramal dan petenung tetapi engkau
tidak di ijinkan Tuhan Allahmu melakukan demikian” (Ul. 18:14).
b. Satrologi
Satrologi
adalah ilmu perbintangan yang diapakai untuk meramal dan mengetahui nasib
orang. Astrologi sudah sejak lama sekali dikenal di dunia ini seperti didalam
perjanjian Lama banyak sekali imam Dewa asing yang menyembah dewa asing, dewa
matahari, dewa bulan (2 Raj 23:5). Hal ini sudah sering dilakukan oleh
orang-orang Sumeria, Babilonia (3000SM). Dari babilonia pengaruh Astrologi itu
menyusup samapai ke Yunani. [16]
3.
Penyembahan Berhala
Dalam
firman Tuhan, mengajarkan tentang kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa,
walaupun pada Prakteknya orang-orang dalam Alkitab tidak terlepas dari
penyembahan terhadap berhala, baik terhadap patung-patung dan sebagainya. Selalu
disebut bahwa penyembahan berhala sangat mempengaruhi terhadap kepercayaan
seseorang misalnya, Raja-raja Israel banyak melakukan penyembahan terhadap
berhala.[17]
Dalam Hukum Taurat, hukum pertama jelas menegaskan agar tidak melakukan
penyembahan selain kepada Tuhan dengan alasan apapun (Kel. 20:1-5).
4.
Takhayul
Takhayul
adalah suatu kepercayaan yang tidak berdasarkan akal sehat dan kebenaran. Pada
dasarnya takhayul selalu membuat manusia hidup dalam ketakutan, bila melanggar
sesuatu keyakinan yang tidak beralasan yang sudah dipercayai sejak
turun-temurun. Takhayul merupakan kepercayaan sia-sia kepada hal-hal yang
berasal dari kata orang atau rekayasa Manusia. Tepatnya takhayul atau supertisi
adalah anggapan suatu peristiwa dalam hidup manusia, misalnya ada larangan,
pantangan sewaktu kelahiran, sakit, perkawinan kematian dan lain sebagainya.
Dengan larangan tidak beralasan itu sebenarnya manusia dijerat oleh kuasa
iblis.[18]
[1] George A. Mather and Larry A. Nichols, Dictionary Of Cults, Sects,
Religious and The Occult, (Michigan: Zondervan Publishing House, 1993), 89
[2]
F. J. Rae, J. M. Ross et. Al, Dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II, J.
D. Douglas (ed), (Jakarta: YKBK- OMF, 1992). 409
[3]
Mak J. Bubec, Bagaimana Mengalami Mengalahkan Iblis, (Jakarta: BPK-GM, 1986),
73
[4]William
W. Orr, The Misteri Of Satan, (Scriptural Press Publications, 1999), 15
[5]
W.N. Mcelrath, Billy Mathias, Ensklopedi Alkitab Praktis, (Bandung: LLB, 1978),
154
[6]
William W. Orr, The Misteri Of Satan, 19-21
[7] J.
Sihombing, Jangan kamu Diperdaya, (BPK-GM, 1983), 46
[8]
Frederick S. Lealy, Iblis Sudah Keok, (Jakarta: BPK-GM, 1979), 20
[9] William
W. Orr, The Misteri Of Satan, 22-24
[10]
Frederick S. Lealy, Iblis Sudah Keok, 62-64
[11]
Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, (BPK-GM, 1996, 105)
[12] Frederick
S. Lealy, Iblis Sudah Keok, 37
[13]
J. Sidlow Baxter, Menggali isi Alkitab II Ayub-Maleakhi (Jakarta: YKBK-OMF,
1999), 35-39
[14]
Mc. Cadilsh Phillips, Dunia Roh, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1985), 133
[15]
Marris Ph Takaliuang, Makalah Seminar Ilmu Hitam, (Medan:YPPII, 2007), 9
[16]
Stan Baldwin, Permaiana Iblis, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000), 28
[17]
E. P. Gintings, Religi Karo, (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), 103
[18] Marrish
Ph Takaliuang, demonologi Alkitab, (Medan: YPPII, 2007), 17
Teologi Agama-agama
I.
PEMBAHASAN
1.1. Pengertian Pluralisme
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pluralis adalah suatu keadaan masyarakat
yang bersangkut paut dengan sistem sosial plitik. Menurut Darwin Lumbantobing,
Pluralisme adalah suatu paham yang melahirkan sikap mengakui dan sekaligus
menghargai, menghormati dan memelihara bahkan mengembangkan serta memperkaya
pengakuan terhadap keadaan yang bersifat plural, jamak atau sesuatu yang
bersifat keanekaragaman.[1]
Dan menurut Stevril I. Lumitang, Pluralisme adalah paham yang mengakui adanya
suatu kebenaran yang dilihat dari sudut panadang yang bebeda.[2]
muncul dari keragaman iman ditengah kehidupan manusia. Pluralisme disejajarkan
dengan beragam. Secara umum dipahami bahwa dalam sosiologi maupun keagamaan,
pemahaman istilah tersebut juga beranekaragam. Secara Harafia, Pluralisme
berarti jamak, beberapa, berbagai hal, keberbagian atau banyak. Oleh
karenanya sesuatu dikatakan plural terdiri dari banyak jenis, pelbagai sudut
pandang serta latar belakang.[3]
1.2. Pengertian
Mistisme
Didalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia pemahan akan mistis yaitu sebagai suatu yang
bersifat mistik. Dan mistik memilki 2 pengertian, yaitu: Pertama, Subsistem yang ada hampir ada disemua agama dan sistem
religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu
dengan Tuhan; Kedua,hal yang gaib
yang tidak terjangkau dengan akal manusia. Sedangkan mistisme diartikan sebagai
ajaran yang menyatakan bahwa ada hal-hal yang tidak boleh terjangkau oleh
pikiran manusia.[4] Dan
didalam kamus Inggris-Indosnesia, mistisme diartikan sebagai ilmi Tassawuf atau
kebatinan, berasal dari kata benda “mystik”
yang artinya sebagai mistik atau penganut ilmu kebatinan.[5]
1.3. Jenis-jenis Pengalaman Mistis
Pengalaman
mistis merupakan pengalaman langsung atas sesuatu yang kekal atau abadi yang
bersifat pribadi atau hanya sekedar dari kesadaran yang dianggap sebagi sesuatu
yang tidak tenang, tidak berwaktu, tidak bisa mati dan kekal atau yang dianggap
sebagai Tuhan yang pribadi.
Ada 3 (tiga) jenis penglaman Mistik:
·
Pengalaman Ekstatis-Mistisme Alam
Pengalaman
ini dimana jiwa merasakan dirinya disatukan dengan kehidupan segala sesuatu
yang tidak terjamah oleh maut. Pengalaman ini bisa dimiliki oleh semua orang
dari semua agama bahkan orang yang tidak memilki agama sekalipun dapat
memilikinya. Dipengalaman ini jiwa itu melihat dirinya sebagai sesuatu yang
utuh dan mengatasi segala dualitas kehidupan duniawi. Yang dimana jiwa merasakan
dirinya disatukan dengan kehidupan segala sesuatu yang tak terjamaholeh maut.
Dalam pengalaman ini, batas antar si “aku” dan yang “bukan aku”, subyek yang
mengalami dan dunia obyektif lenyap, serta segala sesuatu tanpak sebagi yang
satu dan yang satu sebagai semua. Sehingga inti pengalaman ini adalah
Individualitas sendiri tanpaknya larut dan mengabur, serta hal ini membawa
kegembiraan dan kedamaian.
·
Pengalaman Estatis
Pengalaman
ini adalah terserapnya jiwa kedalam hakekatnya sendiri. Pengalaman ini mengenai
kesatuan mutlak atau hakekat rohani yang paling mendalam atau mendasar dalam
lubuk keberadaanya. Pengalaman ini sama dengan pengalaman ekstatis dalam hal
keduannya mengatasi dimensi ruang dan waktu. Dalam pengalaman ini kesatuan yang
dialami dalam jati diri. Suatu pengalaman akan hadirnya kebebasan yang ilahi
dalam jiwa.
·
Pengalaman Teitis
Jenis
pengalan ini adalah Mistisme cinta akan Tuhan
dalam cinta dan penyerahan diri serta melalui partisipasi jiwa yang
dapat dirasakan dalam keberadaan Tuhan. Sehingga para Mistikus dengan
sungguh-sungguh menyadari ketergantungan totalnya kepada Tuhan, dan karenanya
menyerahkan diri secara utuh kepada tindakan yang Illahi tanpa menghilangkan
jati dirinya. Cintalah yang merupakan bagian yang terpenting dalam mistisme
teitis ini, karena dari hal itu kita diajar bahwa Tuhan adalah cinta.[6]
Sehingga
kontemplasi di dalam teisme dimengerti sebagai persekutuan. “Mereka akan
sedemikian bersatu dengan Tuhan sehingga takkan pernah meninggalkan Tuhan, dan
Tuhanpun takkan pernah meninggalkan mereka; dan dengan tinggal didalamnya,
mereka akan mengalami Tuhan dalam segala sesuatu.”
1.4. Mistis
Dalam beberapa agama
1.
Agama Kristen
Berbicara
penyataan Allah dalam agama kristen merupakan pembahasan mengenai sang
Illah yang sama sekali tidak terjangkau
oleh manusia. Pernyataan Allah ini memiliki tujuan agar manusia diselamatkan setelah
kejatuhannya dalam dosa, dan penyataan Allah mencapi puncak pada pribadi Yesus
sebagai penyataan Allah yang khusus, mistik dalam agama kristen berorientasi
pada meisteri Kristus dalam kaitannya dengan kitab suci. Dalam penyerahan diri
secara total kepada kristus, biasanya membawa kepada perubahan kesadaran.[7]
2.
Agama Islam
Dalam
Agama Islam aliran Sufisme adalah aliran mistik, yang mana Islam sunni
menekankan penyerahan diri pada Allah. Meskipun Allah itu tersembunyi yang
tidak dapat dikatahui.[8]
Bagi kaum Islam mereka mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan hanya Dia
yang abadi, sebagaimana tercantunm dalam Al-Qur’an bahwa “Segala sesuatu binasa kecuali wajah-Nya”. Para Mistikus dalam
hakekatnya terdalam mengalami dirinya sebagai yang kekal, tidak adapat mati dan
tak berwaktu. Seorang musilim mistikus tahu bahwa tidak ada sesuatu yang kekal
kecuali Allah. Kaum Sufi saendiri yang bertujuan mencari Tuhan, menyebut
dirinya sebagai pengembara (Salik). Ia melakukan pengembaraan dengan perlahan
melalui tahapan (maqamat). Dengan cara penyesalan (Tobat), pantangan, membatasi
keinginan, kekafiran, kesabaran, percaya kepada Tuhan dan kepuasan.[9]
Tentu setelah melewati lintasan (tariqat), guna mencapai tujuan untuk bersatu
dengan kenyataan (fana fil haq). Tahapan tersebut merupakan disiplin asketis
dan etika sufi. Perjalanan kaum sufi tidak akan berakhir hingga berhasil
melintasi seluruh tahapan yang membuat dirinya sempurna dalam suatu tahap.
Sebelum melangkah ketahap berikutnya, maka ia senantiasa menikmati apapun
bentuk keadaan sebagai karunia Tuhan yang memang telah dilimpahkan kepada
dirinya. Maka segera perlahan ia naik tahap kesadaran lebih tinggi. Tahap ini
disebut kaum sufi sebagai pengetahuan (Gnosis atau ma’rifat) dan sebagi
kebenaran (haqiqat). Dimana mereka menjadi orang yang tahu (arif), danmenyadari
melalui pengetahuan itu ia mengetahui “yang tunggal.[10]”
3.
Agama Hindu
Dalam
agama Hindu jika berbicara tentang mistisme berarti kita berbicara tentang
yoga. Dimana Yoga adalah jalan mencapai Moksa, yang didalamnya terdapat latihan
rohani yang keras demi mencapai kelepasan. Dalam kehidupan sehari-hari penganut
yoga berusaha hidup saleh, tidak dikuasai hawa nafsu, banyak berpuasa, hidup
bermeditasi, dalam bermeditasi yang tertinggi maka berpikirpun berhenti dan jiwannya
tenggelam dalam obyek perenungan inilah yang disebut semedi. Jadi tujuan yoga
yaitu untuk melepaskan rohnya dari materi (Zat), maka tidak lagi terikat dengan
hukum-hukum materi sehingga ia dapat mengerjakan hal-hal yang luar biasa.[11]
4.
Agama Buddha
Dalam
Agama Buddha yang menjadi mistiknya adalah adanya cita-cita religious yang
merupakan pembebasan dari perbudakan dan kelahiran kembali dari kematian dan
derita untuk memperoleh kedamaian dan kesadaran yang lebih tinggi dan nirvana.[12]
Kelahiran dalam agama Buddha, sidarthagautama merupakan satu hal yang
mengandung mistik dalam agama Buddha, dimana kelahiran Buddha bukan merupakan
hubungan biologis tetapi merupakan suatu hal yang tidak biasa diapahami oleh
manusia itu sendiri.[13]
1.5. Pluralis
Jembatan Mistis
Pertama
kita harus menyadari bahwa setiap agama memiliki cara yang berebeda-beda dalam
mengakui menghayati dan mengenal Allahnya. Dalam hubungan dengan agama-agama
lain teologi pluralis pertama-tama mengakui, menegaskan, merangkul
perbedaan-perbedaan yang nyata dan jelas diantara tradisi agama.[14] Pembahasan mengenai pluralisme jembatan
mistis merupakan hal yang membahas mengenai segala bentuk pengungkapan, simbol
yang menunjuk kepada suatu pengungkapan respon manusia kepada Allah. Secara
teologis pengkajian akan pluralisme akan jembatan mistis meyakini bahwa setiap
agama memiliki pandangan mistis dalam memahami doktrin agamanya. Hal ini
membawa kaitan bahwa dalam memeluk suatu agama harus mengakui keberadaan atau
jalan msitis agama lain dalam memahami keberadaan Allah.
Memang
harus diakui bahwa dalam berbagai segi agama-agama tidak memilki sedikitpun
persamaan tetapi masing-masing agama dapat mempunyai sesuatu yang dianggap
mistis. Orang yang menekankan mistis adalah orang yang merasakan pengalaman
berjumpa dengan misteri. Hanya orang yang pernah mengalamilah yang bisa
merasakannya. Namun semua agama memilki karakter berasama yaitu pengalaman akan
pernyataan Allah yang trasenden dalam sejarah yang imanen.[15]
Ada suatu keyakinan yang dipegang oleh para teolog pluralisme jembatan mistis
bahwa persepsi religious yang secara historis relatif itu memusatkan perhatian
pada isi dari pengalaman religious yang otentik, yaitu pada yang tak terbatas,
misteri yang melampaui semua bentuk keagamaan.[16]
1.6. Pandangan Para tokoh tentang Mistis
1. Wilfred Cantwell Smith
Smith
dikenal dengan konsep tentang penyembahan
berhala. Ia mengatakan tidak seorangpun pernah menyembah berhala. Smith
menggunakan pemahaman penyembahan berhala yang telah lama dipegang tradisi
agama untuk mengungkapkan alasan mengapa kita membutuhkan sikap baru terhadap
kepercayaan-keparcayaan lain. Menurutnya penyembahan berhala tidak
menggambarkan agama lain, melainkan agama kristen sendiri. Hal ini dikemukakan
melalui pemahaman mendalamnya mengenain orang-orang Hindu dalam menghormati
sapi yang mereka lihat, bukan yang kita lihat. Kegagalan orang kristen untuk
memahami, apalagi mengahargai apa yang berlangsung dalam kehidupan rohani
komunitas-komunitas yang dilayani patung-patung adalah bagian integral dan
tradisi kita. Menurutnya kesalahan itu adalah kegagalan mengakui bahwa ada
sesuatu yang berlangsung secara rohani. Akibatnya, konsep-konsep yang
dikembangkan telah menununjukkan keterlibatan benda-benda materi, tetapi tidak
melenyapkan dimensi trasenden dan yang merupakan arti pentingnya yang utama.
Pengertiannya akan konsep tentang penyembahan berhala didapkan dari studinya
tentang kehidupan Hindhu. Pertama adalah upacara pratisha/pranapratisha
(upacara mengundang dewa/dewi agar menempatkan kehadirannya dalam patung tersebut
dan menguduskan patung itu menjadi temapat keillahian bagi para pemujannya).
Kedua, Berdasarkan sebuah ayat didalam yogvaitha yang berisikan tentang ‘yang trasenden’;Engkau tidak berbentuk, bentukMu satu-satunya adalah pengetahuan kami
tentang Engkau. Baginya hal ini membuktikan presepsi brilian dan sangat
terang, sebuah penyataan yang secara teologis sangat tajam yang diketahuinya.[17]
2. Stanley J. Samarthzs
Berdasarkan
pemehaman samartha, dalam kehidupan keagamaan misteri dan makna saling
berkaitan. Tanpa penyingkapan makna pada bagian-bagian khusus dalam sejarah
atau dalam kesadaran manusia, tidak mungkin ada tanggapan manusia terhadap
misteri. Sejarah agama-agama memperlihatkan bahwa tangapan-tanggapan ini banyak
dan berbeda-beda dalam tradisi keagamaan tertentu. Perbedaan ini disebabkan
oleh faktor-faktor budaya dan sejarah. Menurutnya, dalam bergerak meninggalkan
eksklusivitas dan inklusivitas, orang kristen harus tiba pada pemahaman lebih
lebih jelas mengenai keunikan Yesus. Ciri Khas Yesus Kristus tidak terletak
dalam klaim bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Mengangkat Yesus dalam status
Allah atau membatasi Kristus kepada Yesus dari Nazaret adalah
pencobaan-pencobaan yang harus dihindari. Hal ini bertujuan untuk menghindari
bahaya-bahaya dan menolong dalam membangun hubungan-hubungan baru dengan sesama
kita yang beriman lain. Peryataan bahwa Allah adalah pencipta seluruh kehidupan
dan seluruh umat manusia, meletakkan orang kristen dan sesama umat beriman lain
bersama-sama menuju pada sumber kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu
Kristosentrisme tanpa Teosentrisme membawa kita kepada penyembahan berhala.
Kristologi teosentrisme memberi dasar untuk mempertahankan misteri Allah, serta
mengakui keberadaan Yesus Kristus. Kristologi ini memungkinkan komitmen kepada
Allah di dalam Yesus Kristus tanpa mengambil sikap negatif terhadap sesama kita
yang beriman lain, dan pada saat yang sama menawarkan kerangka konseptual yang
lebih menyeluruh untuk mengadakan dialog dengan umat beraga lain.[18]
3. Raymud Panikkar
Tujuan dan
kebahagiaan hidup Reymund Panikkar dijalaninya diatara berbagai dunia yang luas
dan berbeda-beda. Ia lahir dari ibu keturunan Spanyol yang Katolik dan ayah
India yang beraga Hindu. Namun yang menjadi dasar utama studi teksnya dan
perbandingan berbagai doktrin adalah pengalaman pribadi mistik yang ditekuninya
dalam pengalaman pribadinnya dan yang telah diamati dan dipelajarinya dalam
berbagai tradisi agama.[19]
Panikkar sendiri menghimbau umat kristiani untuk meninjau ulang pemahaman
tentang Yesus. Hal ini dikarenakan cara kebanyakan umat kristiani selama
berabad-abad, khusnya selama masa kolonial memperlakukan Yesus sebagai “Allah
suku” yang bertindak mengalahkan atau menaklukkan Allah lain. Bagi panikkar
sikap ini merupakan tantangan millenium baru, yaitu mengatasi Kristologi suku
dengan satu satu Kristofani yang memampukan umat kristen memahami pekerjaan
Kristus dimana-mana tanpa menyangka bahwa mereka memiliki pemahaman yang baik
atau memonopoli misteri yang telah dinyatakan kepada mereka melalui cara yang
unik. Dengan membedah dan menyeleksi pernyataan ini, kita memperoleh beberapa
unsur penting ttentang Kristofani
dari Panikkar, Yaitu suatu yang memberi kesempatan bagi umat Kristus untuk
bercahaya dari dalam semua agama (Chiristo-phani:Pemunculan Kristus) tanpa
memberikan hak atau monopoli pada salasatu agama. Pemahaman seperti ini akan
menyegarkan maupun memperbaharui berbagai keyakinan tradisionla tentang Yesus
dan bersamaan dengan itu akan menghilangkan sebagian tambahan monopolistik.
Berdasarkan pernyataan panikkar digambarkan bahwa Misteri tertinggi (Ultimate
Mistery) itu tidak tergambarkan, semua agama dapat ikut serta dalam misteri ini
serta mencerminkannya. Secara lebih mendalam, Panikkar khususnya menekankan
keterbatasan penalaran. Menurutnya keterbatasan Pluralism harus dipahami bahwa
tidak ada ‘satu’ yang dapat dipaksakan terhadap yang ‘banyak. Yang banyak akan
selalu ada, perbedaan dan ketidaksepakatan juga akan selalu ada.[20]
4. Seiichi Yagi
Ia
mengatakan bahwa kontak primer Allah dengan manusia dan kontak diri sekunder
Allah denga diri manusia, dimana kontak primer Allah adalah Allah yang telah
mentakan keberadaan diriNya dalam hidup manusia, walaupun sering kali tidak
disadari. Sehingga pribadi manusia menyadari akan keberadaan Allah yang merupakan
kontak sekunder Allah dengan manusia.[21]
1.7. Analisa Penyaji akan Mistis
Mistisme
bukanlah gejala yang gaib dan paranormal, seperti kemampuan membaca pikiran,
telepati, ataupun pengangkatan ketarif lebih tinggi. Oleh karena itu pengalaman
mistik merupakan pengamatan lansung atas sesuatu yang kekal, entah dipahami
dalam pengertian-pengertian yang bersifat pribadi atau hanya sekedar keadaan
dari kesadaran. Atau hilangnya rasa kepribadian atau kesadaran ego dalam suatu
keseluruhan yang lebih besar. Oleh karena itu pemahaman mistis yang kami pahami
adalah yaitu tidak ada pengalaman rohani dari manusia itu terhadap Allah.
Karena kita memahami bahwa Agama diyakini karena Allah yang menyatakan diri,
oleh karena itu kita tidak memiliki hak tentunya untuk menyatakan bahwa agama
lain itu salah. Karena bukanlah manusia yang menjumpai Allah, namun Allah yang
menjumpai manusia karena kita tidak mengetahui perjalan Allah karena kita
mahkluk terbatas tentunya. Oleh karena itulah dari plural Mistis yang
menekankan bahwa Pusat utama kita bukan lagi kepada Yesulogi namun membangun
Kristologi Teosentris yang kembali berpusat kepada Allah.
II.
KESIMPULAN
Secara
teologis pengkajian akan pluralisme akan jembatan mistis meyakini bahwa setiap
agama memiliki pandangan mistis dalam memahami doktrin agamanya, dengan tujuan
untuk memahami yang Illahi bagi setiap pemeluknya. Dan juga paham Pluralis
sabagai jembatan Mistis, hal mengenai doktrin atau cara penyembahan kepada
Allah dalam hal ini tidak terlalu dipersoalkan, tetapi yang terpenting kita
bertemu dengan Allah.
[1] Darwin Lumbantobing, Teologi dipasar Bebas, (Pematang Siantar:L-SAPA,
2007), 275
[2] Stevril I. Lumintang, Teologi Abu-abu, (Malang: Gandum Mas, 2004), 41
[3] Syafa’atun Elmirzah, Pluralisme, konflik dan perdamaian, (Yogyakarta:
Pustaka pelajar, 2002), 7
[4] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
edisi 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 1265
[5] John M. Echols & Hassan Shaldily, Kamus Inggris-Indonesia,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), 389
[6] Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta:Kanisius, 2006),
278-288
[7] William Johnston, Mistik-Kristiani, (Yogyakarta: Kanisius, 1978),
29-30
[8] David W. Shenk, Illah-illah
Global (Jakarta: BPK-GM, 2003), 355
[9] Mariasusay Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius,
1995), 285
[10] Reynold A. Nicholson, Mistik Dalam Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Akasara, 1998), 22-23
[11]Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, 278
[12] A. G. Honing Jr, Ilmu Agama, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 134-135
[13] Harun Hadiwijono, Agama Hindhu dan Buddha, (Jakarata:BPK-GM, 2005), 64
[14] Paul F. Knitter, Satu Bumi banyak Agama:Dialog Multi Agama dan
tanggung Jawab Global, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 45
[15] William Johnston, Mistik-Kristiani, 29-30
[16] Joas Adiprasetya, Mencari dasar Agama, (Jakarta:BPK-GM, 2002), 80
[17] Jonh hick&paul F. Knitter, itos keunikan agama Kristen, (Jakarta:
BPK-GM, 2001), 83-89
[18] Stanley J. Smartha, Salib dan pelangi: Kristus dan budaya Multi
agama,
[19] Paul F. Knitter, Pengatar Teologi Agama-Agama, (Yogyakarta: Kanisius,
2008), 151
[20] Paul F. Knitter, 156
[21] Seiichi Yagi, dalam john Hick & Paul F. Knitter, 182-183
Subscribe to:
Posts (Atom)